Chapter 02 :: Minggu aneh

38 10 2
                                    

Hari kemarin telah terlewati, dimana mereka yang mengetahui tentang kelas delapand, dan beberapa orang yang memasuki kelas itu.

Sekarang. Hari ini adalah hari Minggu. Bukankah hari Minggu adalah hari libur bagi siswa? tapi tidak dengan kelas delapand ini. Mereka justru masuk sekolah untuk mengetahui tentang kelas itu.

"Pagi anak-anak!" seru pak Kusnadi terhadap tugas puluh lima siswa yang berdiri di lapangan.

"Pagi pak!" jawab mereka.

"Apakah kalian siap untuk memasuki kelas ini?"

"SANGAT SIAP!"

"Oke baiklah. Kalian harus bangga masuk kesini, kelas yang di idamkan banyak orang di sini. Kelas yang memiliki keistimewaan. Kalian harus mematuhi pengaturan yang ada, besok akan di sampaikan oleh Pak Ozi, dan Bu Mega. Jika kalian menghormati bapak, kalian harus mematuhi pengaturan itu. FAHAM!" jelas Pak Kusnadi.

"FAHAM PAK!"

***

Kini mereka berada di cafetaria, cafe yang berada di dekat daerah sekolah mereka. Ternyata mereka di panggil hanya untuk di beri tahu hal tadi, di tambah membersihkan lingkungan di dekat Asrama yang akan mereka tempati nanti, dan lingkungan kelas itu.

"Gua penasaran, kenapa kita masuk kesini? padahal setau gua, banyak loh yang lebih pintar dari kita," ujar Cantika.

"Ya, gua juga gatau," ujar Syakira.

"Maybe, kita memang sudah di percaya?" ujar Selly.

"Bisa aja. Tapi kenapa kelas ini aneh ya? bisa dapat fasilitas seenak itu, padahal biayanya murah loh, bahkan lebih murah dari sekolah kita," ujar Sabil.

"Itu yang gua pikirin. Kayak woy?! mana mungkin lah ya, kelas yang umumnya biasa aja bayarnya sepuluh jutaan, sedangkan kelas kita yang fasilitas nya lengkap cuma lima ratus ribu atau engga satu juta,"

"Jauh juga ya perbedaanya,

"Atau memang kelas ini kelas yang seharusnya tidak ada?" ujar Satria tiba-tiba.

"Maksud lo?" tanya Zibran dengan alisnya terangkat satu, seolah-olah mendeskripsikan wajah bertanya.

"Kayak, kelas yang di manfaatkan doang, menjadi salah satu obyek, yang kita tidak ketahui, dan tidak kita pernah fikirkan," jelas Satria.

"Kok lo bisa berfikir seperti itu?" ungkit Nada.

"Ya, gatau. Tiba-tiba kepikiran aja, yaudah gausah di bahas. Anggap aja angin lewat," ujar Satria.

"Tapi ada benarnya juga."

***

Sudah tiga jam mereka berada di cafe itu, sekarang mereka ingin pulang, berkumpul di depan Cafe itu.

"Ada yang bawa mobil gak? gua boleh nebeng?" tanya Zidan.

"Gua bawa, lo nebeng aja sama gua, ada rival juga kok," ujar Aldi.

"Gua boleh ikut sekalian?" tanya Raffi.

"Boleh," ujar Aldi.

"Yang belum ada barengan sini sama gua," ujar Rizky.

"Boleh deh, gua bareng lo ya ky," ujar Zibran.

MISTERI KELAS 8DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang