Chapter 06 :: Bullying

20 4 0
                                    

PRAKK!

Langkah Rival dan Raffi terhenti. Dua mata membulat terkejut melihat alat tulis dan kertas-kertas yang berserakan yang tidak jauh dari tempat mereka berada. Ternyata itu adalah buku yang di miliki oleh Zahra. Anak yang di kenal lumayan pintar di sekolah itu, bahkan hampir setara dengan primadona di sekolah tersebut. Namun setelah di teliti wajah Zahra sangatlah pucat dan seperti ada banyaknya lebam?.

"Lo kenapa bully gua terus? gua salah apa sama lo?" dengan suara histerisnya Zahra berusaha menanyakan hal tersebut.

"Lo gaada salah kok sama gua. Tapi entah kenapa gua pengen banget bully lo," ujar sang lelaki di depannya seraya terkekeh kecil. "Gua gak peduli, lo cuma mikir apa kesalahan lo selama ini!" lanjutnya.

Zahra diam, ia tak menjawab apa-apa. Sudah lumayan lama ia berdiam diri, ia memilih untuk membereskan alat tulis dan kertas-kertas pentingnya. Namun, ia melirik kepada dua siswa yang melihatnya dari jauh (Rival dan Raffi). "Kenapa kalian ga bantu gua?" tanya Zahra kepada dua siswa tersebut.

"Buat apa kita bantu lo? lo lupa sama pengaturannya, teman itu monster. Lo baru kenal sama kita, nanti lo monster lagi," ujar Raffi. Zahra yang mendengarnya sontak speechles, tak menyangka jika Raffi akan menjawabnya dengan jawaban seperti itu.

"Lo.." Zahra menunjuk Raffi dengan tatapan tajam khasnya, memang cukup tajam, namun tak membuat Raffi takut akan itu.

"Yes, why?"

"Udah fi, gausah di tanggepin," ujar Rival menarik tangan Raffi untuk meninggalkan tempat tersebut. Sebelum Raffi meninggalkan tempat tersebut ia sempat bertatap mata dengan Rafka. Ya, yang membully Zahra adalah Rafka.

"Orang mana yang peduli sama lo Ra, kalau gini lo mending mati aja gasih?" ujar Rafka.

"Lo, jahat!." Sentak Zahra seraya meninggalkan tempat itu dan Rafka yang sendirian.

"Emang," teriak Rafka kencang, agar dapat di dengar oleh Zahra.

"Sorry ra, gua ngelakuin ini karena lo terlalu licik."

***

Saat itu Selly dan 2 teman sekamarnya (vaneza & Ringgit) sedang berbicara di dapur asrama. Tiba-tiba Zahra mendatangi mereka dengan muka yang sepertinya kesal.

"Lo kenapa Ra?" tanya Selly.

"Gua gapapa, gua ke kamar dulu," ujar Zahra.

"Aneh banget, abis kesini langsung pergi. Gajelas," ujar Ringgit.

"Mungkin Zahra lagi capek, biarin aja lah," ujar Vaneza.

"Ohya kalian mau es teh gak? kalau mau gua bikinin," ujar Selly.

"MAUU!" ujar Ringgit dan Vaneza berbarengan.

"KITA JUGA MAU DONGG!" ujar Varisya, Sabil, Nada dan juga Maryam.

"Boleh. Tunggu yaa," ujar Selly.

***

Sementara itu...
Zahra sedang berdiam diri di kamarnya, menatap pepohonan hutan yang tepat berada di depan jendela kamarnya.

"Gua ada salah apa coba sama Rafka, perasaan gua gaada salah apapun sama dia," gumam Zahra, sendirian. Namun, saat ia mengatakan itu seperti ada yang membisikkan sesuatu tepat di telinga kanannya.

"Dia mau kamu merasakan penderitaan," -bisikkan.

"SIAPA ITU?!" teriak Zahra, ketakutan.

"Jangan takut, Zahra. Aku hanya ingin memberi tahumu sesuatu, aku bukan makhluk yang jahat," bisikan itu memberi tahu, kebohongan.

MISTERI KELAS 8DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang