13. Bulan

1K 75 6
                                    

Happy reading all~!

"Halo dokter Liam," sapanya.

Pagi ini, Dokter Liam mengunjungi ruangan Bumi bersama perawat dibelakangnya. Caka baru saja bangun dari tidur, tubuhnya serasa remuk karena tidur dengan posisi yang tidak nyaman.

"Halo juga, Caka.. gimana? Adik kamu udah bangun?" Caka menggeleng sendu. Adiknya masih belum bangun sedari kemarin.

"Nggak papa, memang waktunya istirahat yang banyak. Caka nggak usah khawatir," hibur Liam. Ditepuknya bahu itu.

Caka menoleh, "Bumi beneran nggak papa kan?"

Liam mengangguk. Terdengar helaan napas panjang jadi sang empu, Caka.

"Hari ini, anak panti bakalan datang untuk jenguk Bumi,"

"Ya bagus dong! Kenapa kamu khawatir?" Tanya Liam.

Caka menggeleng, "Caka harus bilang apa sama mereka? Bohong? Caka nggak pintar berbohong," Tuturnya seraya menunduk.

Benar, Caka tidak pandai berbohong.

"Apanya yang berbohong? Kan memang benar Bumi lagi tidur.. Cuma lebih lama aja, biar cepet sehat!" Liam tersenyum semangat.

Akhirnya, Caka hanya mengangguk dan berjalan keluar melewati Liam dengan lesu. Tujuannya saat ini adalah taman, dirinya butuh udara segar sekarang.

Tak!

Dirinya menendang-nendang batuan kerikil di sepanjang jalan. Saat suasana seperti ini, yang harus disalahkan siapa? Caka tidak tahu apa-apa.

Adiknya belum bangun dari tidur panjangnya.

Ibu tidak menemui dirinya dari semalam.

Kenapa semua orang seperti menghindar padanya? Ia butuh penjelasan.

Asik melamun, tiba-tiba dirinya sudah berada di taman rumah sakit. Banyak anak-anak yang memakai pakaian rumah sakit sedang berlarian tak lupa dengan tawa riangnya.

Caka menduduki salah satu kursi kosong, kembali melamun sebelum seorang anak kecil berhenti di depannya.

"Ayow, kakaa..! " Sapanya riang.
[Halow, kakak!]

Caka membuyarkan lamunannya dan ikut membalas sapaan bocah manis.
"Hai, kenapa adek bisa ada disini?"

Gadis kecil itu menggeleng, "ndak tawuu, Bua telshesat kaka.." Jawabnya murung.

Caka mengangguk, "namamu Bua ya? Nama kakak Caka.. Tapi, Bua kok bisa tersesat kesini? Orang tua Bua dimana?"

Lagi-lagi, bocah berusia satu tahun itu menggeleng. "No.. Nama Bua itu Buyan.. Bukan Bua,"

"Buyan?"

"No!"

"Ha? Terus apa?"

"Bulyan"

Caka mengerutkan dahinya, berpikir keras.

"Oh, Bulan?!"

"Shelyatush buwat kakaa," Bulan bertepuk tangan riang dengan tawa lucunya.

Kalau seperti ini, Caka makin rindu dengan tawa Bumi.. Bulan memiliki tawa yang mirip dengan adiknya.
Netra hazel milik Bulan juga mirip dengan netra hazel madu milik Bumi.

Makin dipikirkan, ternyata banyak kesamaan yang dimiliki mereka berdua.

Bulan seperti pelepas rindu untuk Caka yang sedang merindukan adiknya walau hanya sehari tidak bertemu.

"Bulan, mau tunggu disini bareng kakak sampai orang tuamu datang?" Antusias anak itu kentara saat mengangguk semangat.

"Bua mau, Bua suka.! "

~•🌏•~

Tidak perlu waktu yang lama, orang tua Bulan sudah berada di depannya. Terlihat wanita anggun itu sangat khawatir walau Caka tidak bisa melihat wajahnya. Pakaiannya sangat tertutup, bahkan Caka sempat curiga bahwa dia adalah penculik sebelum Bulan riang memanggil ibunya.

Ah, anak itu seperti kelebihan aktif.. Sangat sangat aktif sehingga Caka kelelahan. Tapi syukurlah, itu membuat Caka tidak memikirkan tentang penasarannya lagi.

"Dada kakaa!" Bulan melambaikan tangannya. Caka membalas dengan senyum manisnya.

Lalu pandangannya berubah menatap langit sore hari ini sangat indah. Warna oranye yang tampak dengan awan awan melengkapi keindahan. Tak terasa, pagi hingga sore ia bertemu Bulan.

Dan malam ini ia akan habiskan bersama dengan Bumi.

♪°♪

HAIII HEYYOO

I HOPE U LIKE💕

Berikan banyak cinta pada koala imutss🤍🤍🐨🐨

Ya, sybill🫨

Sampai bertemuu lagii



DIARY BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang