The Bitch -1

4.1K 99 3
                                    

Sean melangkah dengan malas memasuki gedung mewah yang berhiaskan kelap kelip lampu serta suara musik yang memekakkan telinga. Dirinya langsung disambut oleh Zico—pemilik dari bar mewah ini. Dan sesekali juga menjadi partnernya dalam urusan birahi.

"Hari ini kayaknya ga weekend deh. Apa yang buat lo mampir ke tempat gue, ganteng?" Sean memutar bola matanya. Terlalu malas melihat pakaian transparan Zico. Lebih baik gausah make apa-apa kalo gitu.

Merasa lelaki yang diam-diam ia puja setengah mati itu tak memberikan jawaban sama sekali, Zico berdecak kesal dan menarik rahang tegas itu agar menatap mata rubah miliknya. "I'm asking you! asshole!"

"Where's Malik Twins?" Zico melebarkan matanya. Oalah, ternyata si sulung Malik ini tengah mencari dua saudara kembarnya.

"Oh. Jendra sama Hendra? Lagi main kayaknya. Eh, atau Hendra aja ya yang main? Tunggu tapi tadi mereka datangnya berdua si-- tapi yang tadi booking jalang baru gue cuma Hendra. Au ah, ganteng. Kayaknya adek kembar lo nerobos satu jalang gue sekaligus." Zico mengakhir perkataannya dengan kekehan.

Sean menatap Zico datar. Namun tangannya mengepal kuat sekarang. Bisa-bisanya dua saudara kembarnya itu melakukan perbuatan yang tak senonoh walaupun dirinya juga terkadang khilaf— di saat mereka tau bahwa kedua orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan?!

"Tunjukkin gue kamarnya." pinta Sean mutlak. Zico malah tersenyum genit dan melingkari kedua bahu Sean dengan manja.

"Biarin anak muda kayak mereka ngelampiasin nafsu mereka, Sean. Mending lo bareng gue aja yuk? Diliat-liat bahu lo makin lebar. Keknya cocok deh kalo kaki gue gelantungan di--"

"Zico." Cukup dengan suara itu. Sean langsung menghempaskan tangannya kasar. Zico berdecak sebal.

"Ck! Yaudah! Sana pergi aja sendiri di lantai lima kamar nomor delapan! Mending gue layanin customer gue daripada ngantarin lo!" Zico berlalu dari sana usai melayangkan tatapan sinis untuk Sean.

Kepergian makhluk yang lebih kecil darinya itu hanya membuahkan sebuah gelengan kepala dari Sean. Sebelum dia melangkah dan menuju kamar yang menjadi saksi betapa kotornya pergaulan Malik Twins itu sekarang.

-
-
-

"Ahh, mmh."

"Lepasin aja cantik. Jangan digigit bibir lo." Jendra tertawa rendah setelahnya.

Tangannya memegang kuat pinggang pria cantik yang berada di pangkuannya agar badannya tak meluruh dan berakhir jatuh. Sementara itu pusaka miliknya masih sibuk menumbuk-numbuk lubang senikmat surga milik lelaki cantik yang tengah mendesah di antara dirinya dan saudara kembarnya.

Hendra? Anak itu tengah menyusu sekarang. Namun sama halnya dengan Jendra, pusaka miliknya juga tertanam penuh di lubang pria sewaannya ini. Walaupun tak bergerak sebrutal Jendra.

"Enak ga diginiin?" tanya Jendra memilin puting Rasha—pria sewaan mereka— yang menganggur.

"H-hiks.."

"Lah ditanya malah nangis."

"Udah jangan nangis dong cantik. Mending desah. Atau mau nangis sambil desah? Yaudah gue kabulin deh." Jendra menarik pinggang Rasha kuat. Membuat persatuan mereka makin dalam. Yang mana Rasha langsung memekik keras dan dihadiahi bibir kenyal Hendra yang mengajak lidahnya untuk beradu perang.

"Hmhmhh!!" Rasha memutus paksa ciuman yang terkesan sepihak itu.

"Hhh! Pelan-pelan please boys. I can't deserve it."

Our Ikeu! [Jake Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang