Dua tahun yang lalu...
Suratan tangan Rasha dilahirkan sebagai anak sulung. Walaupun kenyataannya, sikapnya lebih mencerminkan untuk dipanggil bungsu alih-alih dipanggil sulung.
Hujan mengguyur kota. Ikut menemani tangisan Rasha yang tak kunjung mereda. Proses pemakaman sudah selesai selang sejam yang lalu. Namun, lelaki yang memakai kemeja hitam itu masih larut dalam tangisannya. Posisinya yang terduduk di tanah yang basah serta tangan yang setia memeluk bingkai foto sang ayah.
"Ayah.. hiks.. nanti Asa mau ngadu sama siapa lagi? hiks.. Siapa yang mau nemenin Asa kalau lagi hujan deras? Siapa nanti yang bakal tenangin Asa kalau trauma Asa kambuh? hiks hiks, ayah jangan tinggalin Asa.. Bawa Asa juga yah.."
Rasha tak sadar, Saka masih setia berdiri di belakang Rasha dengan tangannya yang menggenggam payung guna memberi pelindungan pada Rasha. Tak peduli dirinya yang sudah basah kuyup dimandikan oleh hujan.
"Ayah.. hiks, Asa takut hidup sendiri ayah.. hiks.. semua orang ninggalin Asa.."
Tangan Saka mengepal. Matanya yang memerah kini kembali berkaca-kaca. Mendengar perkataan Rasha, Saka seolah ditarik oleh masa lalunya, bertepatan di saat-
"Ayah."
Lelaki yang sudah menginjak pertengahan abad itu menoleh pada Saka yang memanggilnya.
"Saka mau ngomong. Ayah jangan marah, ya?"
"Tergantung apa dulu yang mau Saka bilang.."
Saka meremat kedua tangannya pelampiasan untuk rasa gugupnya yang menggebu-gebu. Saka mengambil tempat untuk duduk di sebelah sang ayah. Menundukkan kepalanya.
Berbeda dengan sang ayah yang tetap meluruskan pandangannya. Tak melepaskan pandangannya dari Rasha dan permainan bolanya.
"Ayah, Saka rasa.. Saka sayang sama kak Asa.."
Senyuman mengembang di wajah lelaki itu.
"Lalu? Bukannya sesama saudara itu memang-"
"Engga yah. Bukan sebagai saudara. Saka sayang sama kak Asa sebagai pasangan! Saka cinta sama kak Asa, yah."
Mendadak senyuman yang terpatri di wajah ayah angkat Saka luntur. Raut wajahnya berubah serius. Lelaki berumur kepala lima itu memperbaiki letak kaca matanya.
"Saka, kamu tau kan.. betapa pentingnya Rasha bagi saya?"
"Butuh sepuluh tahun lamanya saya dan istri saya mendapatkan Rasha.. itupun istri saya harus rela untuk diangkat rahimnya setelah melahirkan Rasha."
"Sedari kecil, keinginan Rasha selalu saya usahain buat saya kabulin. Termasuk dia pengen adek sementara istri saya yang keadaannya ga bisa lagi hamil. Kamu sadarkan, itu alasan kami buat adopsi kamu dari panti?"
Saka memejamkan matanya. Sebenarnya dari jauh hari ia sudah meyakinkan dirinya bahwa perkataan ini kelak akan muncul dari bilah bibir lelaki yang selama ini sangat ia hormati. Tapi tetap saja, rasa sesak kala ayah angkatnya mengatakan itu seolah menghancurkan raganya.
"Ayah, Saka janji-"
"Saka. Ayah takut.. Rasha sayang banget sama kamu. Ayah takut kalau ayah izinin, jika saja tiba-tiba hubungan kalian ada masalah lalu kalian memilih berpisah, Rasha gimana?"
"Sudah cukup kematian bundanya membuat Rasha uring-uringan di kamarnya. Umur saya ga bakal lama lagi, Saka. Kalau saya ga ada, dan kamu ga ada lagi di sisi Rasha. Anak saya gimana, Saka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ikeu! [Jake Harem]
Fanfic"Set it free, Let it be, Leave it be" MINISTORY | ONE-TWO-THREE-FOURSHOOT. MAIN CAST : SUNGHOON [ENHYPEN] & JAKE [ENHYPEN] WARNING! RATE : T-M ANGST/BDSM/ADULT/FLUFF/MATURE-CONTENT. 🔞ziojuncea🔞