𝑑𝑢𝑎

1.1K 77 2
                                    

Lian, Hamza dan Nevan sudah berada di depan ruang musik karena memang hanya ekskul musik yang mereka ikuti. Berbekal kemampuan masing-masing, aslinya itu hanyalah alasan klasik karena mereka sedikit malas masuk ke dalam ekskul yang banyak anggotanya.

Musik memang digemari banyak orang, tapi tak banyak orang yang mengikuti kegiatannya. Mereka hanya suka menikmati bukan membuat. Hal itu juga yang terjadi di SMA Techno. Berbanding terbalik dari SMA Neo yang kebanyakan menggemari seni baik musik hingga lukis.

"Sepi weh," pekik Hamza

"Cempreng suara lo," menoyor kepala Hamza

"Njir si Nevan demen sama pala gue ya," mengusap kepalanya

Hamza menjauh dari Nevan. Sudah cukup kepalanya ditoyor terus oleh Nevan. Bisa-bisa otaknya yang miring tambah miring.

Nevan tak menghiraukan kelakuan Hamza. Daripada pusing memikirkan Hamza, Nevan memilih untuk duduk di hadapan piano.

"So, kita bakal mainin lagu apa?" Tanya Nevan yang sudah siap

"Apa ya enaknya?"

"Harusnya ada Calvin, biar vokal kita lebih lengkap," celetukan itu dari Hamza yang menyiapkan mikrofon

"Lo bener, next kita manggung di cafe lah," ucap Nevan menyetujui celetukan Hamza

Lian hanya menganggukkan kepalanya saja. Toh yang dikatakan Hamza dan Nevan tak ada salahnya sama sekali. Bahkan Lian juga rindu manggung bersama yang lain.


─────────⊹⊱✫⊰⊹─────────


"Cal, lo masih disini?" Tanya Rai yang baru tiba di markas

"Lo bisa liat," sahutnya tanpa menoleh ke arah Rai

Rai menghela napas dan mendudukkan diri di samping Calvin. Sepertinya suasana hati Calvin semakin memburuk dan Rai tak akan menyentuhnya sedikit pun.

"Kenapa lo nggak ngasih pelajaran ke mereka aja?" Usul Rai

"Udah."

Rai melebarkan matanya dan berlari menuju tempat penyekapan.

Benar yang dikatakan Calvin. Calvin benar-benar memberikan mereka pelajaran. Buktinya terlihat seonggok tikus yang mengganggu itu sudah terkapar penuh lebam. Tinggal menunggu Lian, Hamza dan Nevan yang akan membalas 2 kali lipatnya.

"Meskipun ini bukan yang pertama kalinya, tapi tetap aja bikin gue kaget," kembali ke tempat Calvin berada

Dapat Rai lihat Marva yang baru datang dengan kantung berisi makanan.

"Lo nggak bilang di grup bakalan beli makan?"

"Calvin ngirim pesan ke gue," sahutnya sembari membuka makanan-makanan tersebut

Rai mengangguk paham dan mengambil makanan yang dibeli Marva. Rai juga lapar dan untungnya dia datang lalu ada makanan. Keberuntungan bukan?

"Jadi cuma ada kita bertiga? Yang lain kemana?" Tanya Marva

"Entah, kenapa nggak lo chat aja"

"Ya udah, chat gih."

"Gue? Kan lo yang nanya," melempar perkataannya

Marva mendelik ke arah Rai dan dibalas pelototan tajam. Baiklah Marva mengalah sekarang.

Lian the Third Pillar

Yan, lo lagi sama siapa aja? |

| Hamza dan Nevan

Markas langsung |

SURREPTITIOUS (END) || (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang