𝑑𝑢𝑎𝑝𝑢𝑙𝑢ℎ𝑠𝑎𝑡𝑢

340 32 0
                                    

Disinilah ketujuhnya berada. Salah satu villa di Bandung yang ternyata sudah disiapkan oleh Marva dari jauh-jauh hari. Marva bilang sih kalau ini reward untuk mereka semua yang sudah bekerja hingga sejauh ini. Oh ya soal pembagian kamar, 1 kamar diisi 2 orang dan ada yang 3 orang karena Marva hanya menyewa vila dengan 3 kamar saja.

/kamar 1

Kamar 1 diisi oleh Marva dan Rai. Keduanya begitu anteng membereskan bawaan mereka. Hingga saat ini kedua sudah berbincang santai.

"Nggak biasanya lo ngasih kita reward begini, kenapa?"

"Yahh emang kayaknya lo yang paling peka dengan situasi."

"Gue ngerasa nggak enak aja perasaan gue semakin kesini. Kayak gue merasa akan ada sesuatu hal besar yang terjadi. Tapi gue sendiri nggak bisa memprediksi apakah hal itu hal yang baik atau buruk," jelasnya

"Jangan terlalu lo pikirkan."

Rai mengeluarkan nikotin sesapannya dan menawarkannya pada Marva. "Thanks," mengambil sebatang nikotin sesapan.

Keduanya sedang asik menghisap nikotin tanpa ingin memikirkan hal apapun untuk ke depannya. Saat ini biarkan mereka menikmati masa liburan sebelum melanjutkan misi mereka semua.

/kamar 2

Kamar 2 ini diisi oleh Lian dan Hamza. Sama seperti kepribadian mereka, hawa di sini setengah suram dan setengah cerah. Bagaimana tidak, Hamza yang sedari tadi riweh dengan bawaannya dan Lian yang sudah anteng setelah membereskan bawaannya.

"Lo kira kita bakal netap di sini sampai-sampai bawaan lo sebanyak itu?"

"Gue tuh jaga-jaga aja," sahutnya tanpa menoleh ke arah Lian

Lian hanya mendengus dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tak lama, acara rebahannya terusik karena Hamza yang mengganggu tidurnya.

"Laper nih, bikin nasgor yok," ajaknya setelah membuat Lian mendudukkan tubuh

"Hmm, masak yang banyak sekalian," sahutnya dengan mata setengah terpejam

Hamza pergi meninggalkan Lian yang masih terduduk di kasur dengan mata setengah terpejam. Akan sangat menyusahkan jika Hamza memaksa Lian untuk membantunya memasak. Bisa-bisa Hamza yang dimasak bukan nasi yang dimasak.

/kamar 3

Kamar 3 ini diisi oleh Nevan, Calvin dan Javi. Tentu aaja kamar ini juga kamar yang berbeda dengan yang lain. Kamar di mana isinya orang-orang yang mulutnya beda-beda.

"Ribet lo," sindir Calvin kepada Nevan

"Sirik aja," melirik tajam Calvin

"Lo berdua kalo mau ribut mending keluar," jengah Javi

"Lo aja yang keluar," ucap Calvin dan Nevan serempak

Javi menggelengkan kepalanya. Sudah teelampau biasa jika menghadapi hal seperti ini. Terkadang Calvin dan Hamza yang ribut, terkadang juga Calvin dan Nevan yang yang ribut. Hal itu juga akan berakhir kompak saat ada yang melerai mereka dari pertengkaran.

"Capek gue," merebahkan tubuhnya di sebelah Javi

Karena mereka 1 kamar bertiga dan hanya ada 2 kasur di sana, kasur pertama ditempati oleh Nevan sendiri, kasur kedua ditempati oleh Javi dan Calvin. Awalnya Calvin ingin sekasur dengan Nevan, tapi karena ke posesifan Javi yang berlebih, berakhirlah Calvin sekasur dengan Javi.

"Lo nggak capek posesif terus ke Calvin?"

Pertanyaan itu sudah sering Nevan lontarkan kepada Javi. Lagi dan lagi Javi akan selalu menjawabnya dengan enteng.

SURREPTITIOUS (END) || (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang