Bab 2✓

138 14 3
                                    

Hallo aku kembali lagi,
Terimakasih yang sudah baca, aku merasa senang dengan antusias kalian 😍☘️☘️☘️



Happy reading 👇👇👇👇🤙🖕











Deg!

‘istri? Istri yang mana?’ batin Ken.

“Istri?” tanya Ken memastikan.

“Iya. Astaga apa kau sudah lupa pada  istriku Bang?”

“Nanti aku akan mengenalkannya lagi padamu,” imbuh Gaf jangan lupa dengan senyuman tipisnya.

“Bukankah istrimu itu ...?"

“Kenapa?” potong Gaf pada ucapan Ken.

“Sudah mati,” jawab Kenan enteng namun lirih tapi masih mampu di dengar oleh Gaf.

Pria berkulit pucat tadi seakan tersadar oleh ucapan sahabatnya. Mendadak bahunya perlahan bergetar, satu isakan berhasil lolos dari bibir tebalnya.

“Hiks ....”

Gafi menutup mulutnya agar tak terisak, namun semakin di tahan, malah semakin tersedu, hatinya sungguh sakit ia masih belum bisa menerima kalau istrinya sudah tiada.

“Tenanglah ... pelan-pelan Gaf, aku tahu ini berat bagimu tapi cobalah untuk iklhaskan dia,” ucap Kenan sambil mengusap punggung temannya.

Setelah menangis lama akhirnya tangis Gaf mulai mereda juga. Ia menjadi begitu sangat cengeng jika sudah menyangkut belahan jiwanya, image pria cuek, dingin, kuat  seakan  menghilang seketika.

Kebetulan jam kerja juga sudah usai yang artinya waktu pulang tiba.

“Mau ku antar, Gaf?” tawar Kenan, takut terjadi apa-apa di jalan.

Mengingat kondisi sang sahabat masih labil, masih slama seperti saat hari pertama istrinya di kuburkan. Kenan sudah menganggap Gafi seperti adiknya sendiri.

“Tidak perlu Bang, terimakasih.”

Pria berwajah blasteran Korea itu tersenyum tipis yang membuat Kenan mau tak mau mengangguk saja.

Dua puluh menit Gafi tempuh  dengan mengendarai mobil hyundai, akhirnya ia  sampai di rumah yang menyimpan banyak kenangan manis dan pahit itu.

Ia menghirup nafas lama lalu menghembuskannya dengan kasar sebelum masuk ke rumah. Si tampan membuka pintu kayu bewarna hitam  itu lalu melepas sepatu dan meletakkan di atas rak.

Gafi melangkahkan kakinya menuju kamar yang terletak di lantai bawah dekat dapur  yang mana bagian luar pintu itu terdapat tulisan ‘My Cutie’, jadi apartemen Gafi itu dua lantai.

Ranjang king size bersprei kain beludru warna abu polos itu terlihat bersih juga rapi, mungkin di bersihkan setiap hari.

Ruangannya  lumayan luas namun minim cahaya karena bagian jendela itu tertutup koran, kacanya telah pecah belum ia sempat perbaiki.

Waktu menunjukkan pukul enam sore, waktu pergantian dari siang ke malam. Gaf menatap lama pada sebuah pigura besar yang terpajang apik di dinding kamar bercat abu itu lama, mungkin sekitar dua jam yang di lakukannya padahal hanya berdiri mematung di sana.

Hingga ia berucap ,”Sayang apa kau ada di sini? Aku rindu. Mengapa orang-orang berkata kalau kamu, hiks.”

Gafi tak mampu melanjutkan ucapannya sendiri, rasanya ia masih tak percaya apa yang sudah terjadi satu bulan lalu.

“Hihihihihi”
Samar-samar Gafi mendengar tawa seorang wanita, suara yang tidak asing olehnya.

“Hiks huhuhuhu, hiks.”

Selang beberapa saat berganti suara isakan, tangisan begitu lirih nan pilu  dan juga menyayat hati terdengar dari arah toilet yang terdapat di dalam kamar itu juga.

Gafi dengan ragu melangkahkan kaki menuju kamar mandi tersebut. Melangkah dengan mengendap-endap layaknya seorang pencuri di rumah sendiri. Ia raih knop pintu itu lalu membukanya perlahan.

Klak!

Ia nyalakan lampu kamar berwarna putih temaram, cahayanya kurang jelas mungkin mau putus.

Di sudut ruangan Gafi bisa melihat sosok yang sangat ia kenal dan rindukan berdiri membelakanginya. Rambut coklat sepinggang yang terurai, serta gaun putih tipis yang tertiup angin dari jendela ventilasi.

“Z-zoe,” ucapnya terbata.





.

.
.

.

.

TBC 👻👻👻👻

Segini aja cukup ya ... Hahaha.
Dapat ga sih suasana horornya?

Okay, Terimakasih yang sudah kasih votmennya ya gais.
Jangan lupa terus ikuti ceritanya.
Mimpi indah semuaaaaa

😃😃😃✋
++(( Follow me

Similar  (  Terbit ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang