Bab 3✓

96 12 6
                                    

Udah bab 3 nih 😀😀😀 semoga bisa sampai tamat yaaa ☘️☘️☘️




Yuk cusss, happy reading 😀💞💞💞


.





.



.

Hihihihihi”
Samar-samar Gafi mendengar tawa seorang wanita, suara yang tidak asing olehnya.

“Hiks huhuhuhu, hiks.”

Selang beberapa saat berganti suara isakan, tangisan begitu lirih nan pilu  dan juga menyayat hati terdengar dari arah toilet yang terdapat di dalam kamar itu juga.

Gafi dengan ragu melangkahkan kaki menuju kamar mandi tersebut. Melangkah dengan mengendap-endap layaknya seorang pencuri di rumah sendiri. Ia raih knop pintu itu lalu membukanya perlahan.

Klak!

Ia nyalakan lampu kamar berwarna putih temaram, cahayanya kurang jelas mungkin mau putus.

Di sudut ruangan Gafi bisa melihat sosok yang sangat ia kenal dan rindukan berdiri membelakanginya. Rambut coklat sepinggang yang terurai, serta gaun putih tipis yang tertiup angin dari jendela ventilasi.

“Z-zoe,” ucapnya terbata.

Pria  itu melangkah cepat, segera memeluk sosok itu mungkin takut menghilang.

Sosok itu membalas pelukan si tampan dengan cara mengeratkan pada tubuh kurusnya lalu membalikkan tubuhnya setelah di rasa pelukan dari prianya itu sedikit melonggar.

Tangan kecilnya membelai wajah sang  suami dengan lembut, entah mengapa perasaan rindu itu selalu hadir meski setiap hari ia bisa menatapnya lalu mengusap air mata yang tadi meleleh di wajah si tampan.

“Jangan menangis,” ucapnya kemudian memberikan kecupan singkat  di pipi sang suami meski terasa dingin menyentuh kulit si tampan.

Gafi yang di kecup hanya bisa memejamkan mata, nyaman, menikmatinya. Selalu seperti itu, setiap malam sosok itu selalu hadir menemani hari sepi si tampan.

Paginya ketika Gafi terbangun ia terkejut, rupanya ia tertidur di kamar mandi tepatnya di dalam bathtub. Sedetik kemudian Gaf malah tersenyum seraya mengelus pipi mengingat semalam mendapat kecupan dari sosok yang setiap siangnya tak bisa di lihat olehnya.

Sosok makhluk transparan itu tengah duduk di atas lemari. Entah sejak kapan tempat seperti itu kini menjadi tempat favoritnya, sungguh aneh memang.

Zoe Kamila atau biasa di sapa Zoe adalah nama istri dari Gafi, kalau di pikir akhir-akhir ini ia selalu berkutat di dalam apartemen itu. Entah siang atau malam, entah sejak kapan ia juga tak pernah keluar rumah, sinar matahari kini menjadi suatu hal yang lama tak ia jumpai.

Wanita berparas manis itu menatap kosong, tak banyak yang bisa ia pikirkan sekarang. Si manis juga tak bisa mengingat apapun sejak terbangun beberapa minggu lalu di atas kasurnya layaknya orang yang hilang ingatan.

Baru beberapa hari ini ia tahu jika namanya Zoe dan sebagian memori ingatan mulai muncul, ternyata dirinya sudah menikah. Ada hal lain yang ia rasa aneh seperti merasakan  kalau tempatnya bukan di sini lagi, bukan di rumah ini atau mungkin di dunia ini lagi.

Jika siang tiba sejujurnya ia merasa sangat kesepian karena suaminya bekerja. Hari-hari dia lewati hanya bermalas-malasan di atas lemari atau tidak melayang tidak jelas mengitari apartemen.

Zoe merasa tubuhnya juga ringan, seperti kapas sehingga ia bisa melayang. Ingatkan dia harus bercerita hal ini ke Gafi nanti.

Wanita manis itu juga sudah lama tak menggunakan ponsel, entah di mana benda pipih miliknya itu berada. Padahal dahulu kalau di ingat-ingat rasanya tak pernah ia jauh dari benda pipih canggih itu.

Zoe menjalani hari-harinya seperti orang linglung. Kadang ia merasa sedih, sedih yang begitu teramat sampai menangis tersedu-sedu lalu juga tak lama tertawa terkikik seperti orang sedang bahagia.

“Ayo masuk Dav,” ucap Gafi  pada teman semasa kuliahnya dulu  yaitu Dava.

Pria jangkung itu tersenyum manis menampilkan dimple di kedua pipinya sembari mengangguk merespon sang teman.

“Lu tinggal sendiri, Gaf?” tanyanya pada si pemilik hunian yang kini tengah melepas sepatu hitamnya.

“Nggak, ada Istriku. Lovely ... Sayang, ini ada teman ku yang datang. Kamu di mana?,” teriak Pria itu namun sepertinya memang tiada sahutan.

Gafi tersenyum kikuk ketika Dav menatapnya dengan tatapan bingung. Sepertinya tempat ini memang tiada orang selain Gafi tapi dia bilang tadi bareng istrinya.

Di jalan tadi Gafi bercerita kalau memang sudah menikah.

“Ah ... sebentar Dav, duduk dulu. Minumlah aku akan memanggilkan istriku. Mungkin dia ada sedang tidur jadi tak mendengar aku memanggilnya,” ujar Gafi yang kemudian mengambilkan minuman dingin dari lemari pendingin.

Ia letakkan beberapa botol kaleng soda di meja tamu sembari mengode untuk si teman  menunggunya.

Hari ini mereka tak sengaja bertemu di minimarket. Dav yang baru kembali dari luar negeri merasa bahagia bisa bertemu kembali dengan teman lamanya ini.

Pria berlesung pipi itu menatap ke sekeliling apartemen milik temannya. Hawanya sangat aneh, udara yang lembab dan sedikit mencekam.

Tak berapa lama muncul hembusan angin dingin menerpa tengkuk belakangnya, membuat bulu kuduk si empu meremang seketika.

Deg!






.

.

.

.


TBC👻👻👻👻📍

Jangan lupa votmenya...
Bisa share juga ya, kalau banyak yang mau cerita ini lanjut aku besok mau bikin part selanjutnya.

See you pay pay, terimakasih semuaaaa✋😃😃 hati hati mereka ada di dekatmu.

Similar  (  Terbit ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang