Tassha menyadari waktu bergerak begitu cepat untuknya setelah Maxwell datang ke hidupnya dengan peran yang berbeda. Ia mulai dari menganggap tingkahnya sebagai candaan, lalu ketidakyakinan, hingga hatinya yang jatuh pada seseorang yang lebih penting dari keluarga baginya.
Her heart is not blind to recognize the heart that Maxwell has for her. Pria itu adalah epitome dari romansa yang selama ini ia coba cari. Is he not enough for her? He is. More than enough. Ia tidak merasa insecure dengan hubungan yang ia miliki dengan Maxwell. Pria itu memberikannya lebih dari cukup bukti bahwa hubungan mereka setara. She is quite a female boss herself.
Tapi siapa yang bisa mengerti perasaan seorang perempuan yang berusaha menggunakan logikanya bahwa stabilitas adalah ketika dirinya sendiri merasa stabil. Bukan karena apa yang orang lain berikan untuknya. Mungkin selama ini ia berlari dengan pacu yang cepat, berusaha untuk mengejar ketertinggalannya dengan orang lain karena ia sendiri. Ia hidup sendiri. Perasaan yang tidak dimengerti oleh orang lain yang memiliki orangtua.
Ketika pacu itu perlahan menemukan ritmenya, ia menyadari ada banyak yang ingin ia kejar. Lebih banyak dari yang ia bayangkan. Should she say that she is jealous of him? Ia ingin menjadi seseorang yang outstanding, hingga orang lain tidak bisa mengucapkan satu kata buruk untuknya. Maxwell dengan kesibukannya mengelola dua perusahaan besar, dan tuntutan dari sosial yang membuatnya takut kehilangan dirinya.
Menerima pesan dari Rifgi kali ini memberikan senyum di bibirnya. Senyum yang berbeda dari dulunya, tentu saja. Dulu hatinya berdebar setiap kali pria ini mengirimkannya pesan, berharap hari itu akan berbeda dari hari sebelumnya. Perasaan itu sudah berlalu karena kini, Rifgi hanya sahabatnya.
Salah satu kebiasaan yang dimiliki keduanya adalah catching up tentang kehidupan yang dilakukan secara berkala. Awalnya Maxwell, lalu Ariana dan Rifgi pun melakukannya untuk menghabiskan quality time berbincang tentang kehidupannya dengan Tassha. Ia bisa membaca mereka melakukan itu karena khawatir dengan Tassha. After all, she is living all alone in the world without parents.
"Siang-siang gini, lo gak sibuk?" Tanya Tassha begitu melihat Rifgi dengan senyumnya di salah satu kafe ibukota.
"Tidak ketika semua orang menjadi aneh di rumah sakit." Balas pria itu, lesung di pipinya terbentuk setiap kali ia menguraikan senyum.
"What's wrong?"
Rifgi memberikan gestur untuk menyuruhnya duduk, setelah memesan kopi untuk memberikannya energi, Tassha mengamati wajah Rifgi yang tidak menunjukkan ekspresi bahagia.
"Masalah apa yang terjadi sama pengantin baru kayak lo?" Tassha berusaha menebak.
"Kepala rumah sakit bilang mulai saat ini, gue akan mendapatkan pelatihan tentang managing rumah sakit."
"Is it the Tanoto family?" Tebak Tassha. Seorang dokter muda dari keluarga menengah yang sedang menempuh pendidikan profesi nya tidak akan tiba-tiba mendapatkan panggilan dari kepala rumah sakit. He supposed to be in the bottom of the chain.
Rifgi mengangguk.
"Tujuannya apa?" Tanya Tassha lagi.
"Perhaps finding a lowly doctor as an in-law is bad enough."
Tassha memberikan tawa kecil mendengar ucapan tersebut. Ia dapat mengerti cara berpikir keluarga seperti Tanoto atau Pangestu, setelah mengikuti berbagai kegiatan bersama mereka.
"Terus, mertua lo bakalan bikinin lo rumah sakit gitu?" Ucap Tassha yang dibalas dengan ekspresi serius dari Rifgi. "I can see it."
Rifgi menghela napas, "I barely complete my education. Rumah kecil yang gue tinggali dengan Aria aja masih KPR. Untuk memastikan pasien gak mati di tangan gue aja udah syukur, Sha." Ucapnya mengungkapkan rasa frustasinya. Maxwell dan Tassha yang berada di dunia bisnis dengan pengalaman dan pendidikannya mungkin sudah dianggap expertise, tapi ia masih hijau di profesinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFITTED, UNFATED [completed]
Romanzi rosa / ChickLitFRIENDS TO LOVERS. Many thought to conquer love, you should conquer friendship. But what if the word "friendship" is why you never started in the first place? This is the story of four friends who have been together for 10 years. Tassha Umari, the l...