prolog

51 14 10
                                    

2004

Happy reading
and I hope you are satisfied with the prologue
*
*
*
*
*
*

Mati saja, kau tidak pantas untuk hidup

Kau hidup seperti boneka yang bisa di mainkan, setelah itu kau akan di hancur kan

{Laut Menangis}

*
*
*
*
*
*


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Seperti mayat yang hidup, itu lah yang aku rasakan saat beberapa cambukan melayang menggores tubuh kecil ku dengan kuat,
darah mengalir dari telapak kaki ku, saat kaki ku di paksa untuk menginjak pecahan kaca.
Tangan ku di ikat dengan kuat hingga membuat pergelangan tangan ku memerah dan terasa perih, mataku di tutup dengan kain apak hitam.
Seseorang duduk tepat di hadapan ku, aku mencium aroma bau kretek saat orang itu dengan sengaja menghembuskan nya ke udara.
Aku mendengar suara pintu di buka saat seseorang mulai masuk ke dalam ruangan tempat diriku di sekap, suara langkah kaki itu semakin terdengar begitu nyaring saat orang itu mendekat ke arah ku.

"Kalian bisa pergi"ujar orang itu memerintahkan untuk segera meninggalkan ruangan dan hanya menyisakan kami berdua, dengan suara langkah tegas aku mendengar beberapa suara langkah kaki meninggalkan ruangan ini.

Kreakk...

Aku mendengar suara pintu di tutup secara perlahan, suara langkah kaki yang tegas mulai berjalan mendekati ku, seseorang berdiri tepat di hadapan ku, aku terduduk di lantai dengan baju yang lusuh dan rambut yang sudah berantakan, dengan ada beberapa noda darah di sekitar baju dress panjang berwarna biru muda dan di hiasi dengan corak bunga yang ku kenakan.

Orang itu mendekat ke arah ku dan duduk berjongkok tepat di hadapan ku, aku merasa seperti ada yang menyentuh rambut ku, tiba-tiba pria itu langsung menarik rambut ku dengan kejam. Aku meringis ke sakitan air mata terus mengalir membasahi pipiku.

"INI SALAH MU, DAHAYU!!" Pekik nya dengan kuat, membuat diri ku semakin ketakutan, namun aku merasa seperti tidak asing dengan suara itu. Suara yang seperti familiar di telinga ku.

"Bima..."ucap ku dengan pelan namun masih bisa di dengar.

"Iya, aku bima, jadi kau bisa mengenali suara ku ,ya, dahayu"ujar bima dengan mencengkram leher ku dengan kuat hingga membuat ku kesulitan bernapas.

"Jahat kamu Bim... Jahat kamu" ucap ku dengan di iringi isakan tangisan yang pecah saat aku tidak menyangka orang yang sudah ku anggap seperti saudara ku sendiri tega melakukan hal sekejam ini.

Laut Menangis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang