05

26 15 4
                                    

Happy reading
Hope you enjoy the story
Jangan lupa untuk vote and komen
❗❗







•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Pandu, mau kemana kamu?"

"Kemana pun saya pergi, apakah harus menjadi urusan anda"ujar pandu tanpa melihat atau menoleh ke lawan bicara nya, ia langsung berjalan pergi tanpa berpamitan, ia memasuki mobil mewah nya dan langsung melaju nya dengan kecepatan sedang.

"Dasar anak itu, awas saja jika dia membuat masalah"gerutu teguh dengan kesal.

Jalanan yang begitu licin akibat hujan yang begitu deras serta beberapa kali kilatan petir muncul dengan suara nya yang riuh, namun mobil hitam itu tak henti melaju kecepatan nya walaupun beberapa kali melewati genangan air dan beberapa jalanan yang rusak.

Mobil itu sampai di tujuan nya(rumah Renjana) sang pengendara langsung turun sambil menggenggam satu buah payung transparan, berjalan dengan gagah serta raut wajahnya yang terlihat datar membuat nya terlihat berwibawa dan menawan.

Pandu mulai mengetuk pintu rumah dengan pelan, namun tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah.

"Nak, pandu"panggil seorang paruh baya yang tidak lain adalah simbah.

"Dimana, dahayu?"

"Sejak tadi pagi dahayu pergi bersama renjana ke sungai, tapi sampai sekarang mereka juga belum kembali,
Sebaiknya nak pandu tunggu di dalam saja."

Simbah membuka pintu rumah dengan kunci cadangan di ikuti pandu yang berjalan di belakang nya,
"Nak pandu, mau minum apa?" Kata Simbah dengan ramah.

"Apa saja"jawab pandu dengan tempo nada pelan.

Selang beberapa menit tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari teras depan yang terdengar sedikit nyaring, karena sang empu yang terlihat sedikit tergesa gesa memasuki rumah nya. Renjana masuk ke dalam rumah dan langsung mendapati pandu yang sedang duduk di kursi dengan memainkan handphone nya.

Pandu menoleh ke arah renjana seakan ingin bertanya di mana tunangan nya saat ini, namun tiba-tiba matanya langsung menangkap sosok yang ia sedang cari, namun kini pandangan nya berubah menjadi sedikit keras.

Pandu menatap tajam kearah seorang pria yang sedang merangkul ku dengan sangat erat, yang tidak lain adalah Bima, mataku menangkap sosok mas pandu yang sudah berdiri tegap dengan raut wajah yang tak senang tangan nya mengepal kuat membuat telapak tangan nya memutih, dengan cepat aku melepaskan rangkulan bima dan langsung menjaga jarak antara aku dan Bima.

Laut Menangis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang