28

84 13 4
                                    

"Akhirnya selesai juga Astama Fair,"gumam Astalian menatap ke sekeliling dimana para karyawan saling melemparkan senyum sumringah.

Ia fokuskan pandangannya ke arah Lavelyn yang sedang mengobrol dengan gelak tawa tiada henti bersama Kairi, Nayara, dan Ansel. Sudut bibirnya tertarik untuk tersenyum melihat betapa berserinya wajah Lavelyn. Astalian jadi berpikir, apa iya dia bisa selalu membahagiakan Lavelyn seperti saat gadis itu bersama dengan para sahabat?

Di tengah kekalutannya akan kesiapan untuk jujur pada Lavelyn, Astalian sedikit bernafas lega sebab pada akhirnya momen hari ini datang juga. Meskipun secara naluri masih banyak kekhawatiran yang hinggap di benaknya. Namun, demi bisa jujur dan kembali menjalin hubungan sehat dengan Lavelyn—pastinya akan ia lakukan. Semoga saja semesta mendukung usahanya.

Tepukan lembut menerpa pundak kanan Astalian yang dilayangkan oleh Serena. Gadis itu tersenyum tatkala Astalian meliriknya sekilas. "Ada yang perlu kita bicarakan, Asta."

"Mau bicara apalagi, Serena?"tanya Astalian, wajahnya sudah tidak bersahabat.

Serena tersenyum sinis menatap ke arah Lavelyn yang memfokuskan pandangannya ke arah mereka berdua. Dengan cepat ia menarik tangan kanan Astalian pergi dari kerumunan. Biarkan saja jika Lavelyn mengikuti langkah mereka. Hal itu sangat bagus untuk rencana Serena lebih menghancurkan hubungan keduanya.

 Hal itu sangat bagus untuk rencana Serena lebih menghancurkan hubungan keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photo by Drama China "What If"

"

Mukanya jangan kusut gitu dong. Masa jadi CEO nunjukin muka begitu ke karyawannya,"celetuk Serena dengan senyum lebarnya.

Astalian mencebikkan bibir. "Cepat ngomong. Gue nggak punya banyak waktu."

"Oh ya ampun. Sekarang berubah cuek ya? Kenapa, Asta? Lavelyn udah tahu hubungan kita? Dia ngajak batal nikah? Bukannya bagus? Lo bisa bebas dari cewek posesif dan egois macam dia. Masa maksain lo buat jujur untuk hal yang bukan urusannya. Nggak banget."Serena tertawa mengejek.

Astalian menghela nafas. Ia berusaha mungkin mengatur emosinya agar tidak meluap. Jujur, menghadapi Serena membutuhkan kesabaran extra. Gadis ini tidak pernah berhenti untuk mencoba meracuninya dengan segala hal negatif agar berpisah dari Lavelyn. Tentunya Astalian tidak akan mau di perdaya olehnya. Apalagi cinta Astalian begitu besar kepada Lavelyn.

"Lo bisa ngejek karena nggak pernah punya hubungan serius sama cowok. Urusan kita sudah selesai, Serena. Sebentar lagi juga Mama gue dan Ayah lo akan pergi dari Indonesia. Jadi, gue nggak ada keharusan untuk berhubungan sama lo lagi. Silahkan pakai semua fasilitas yang udah gue kasih. Gue mohon jangan ganggu lagi. Bahagia gue hanya Lavelyn dan gue tetap akan menikah dengan dia,"timpal Astalian.

Serena meremas kuat kedua tangannya. "Lo nggak boleh nikah sama dia, Asta! Lavelyn tuh licik. Lo di cuci otak sama dia supaya lo benci sama gue. Dari pertengkaran gue dan dia malam itu, harusnya lo sadar sifat Lavelyn seperti apa. Jangan bodoh, Asta! Lo nggak harus balas perasaan dia. Lo nggak harus nikah sama dia."

"Gue beneran cinta sama Lavelyn tanpa paksaan siapapun, Serena. Berhenti untuk ngomong jelek tentang Lavelyn. Gue tahu cara dia salah malah deketin gue bukannya bantu lo. Tetapi, itu semua nggak bikin rasa sayang ke Lavelyn berkurang. Justru rasa gue sama dia semakin besar. Jangan berharap sama gue. Lebih baik lo lihat Ansel yang selama ini berjuang untuk selalu ada di sisi lo."

Serena menggeleng keras. Air matanya sudah jatuh menetes di pipi. "Sampai kapanpun lo nggak boleh sama Lavelyn. Tolong hargai perasaan gue sedikit aja. Lo bisa belajar cinta sama Lavelyn. Tetapi, kenapa sama gue nggak?!"

"Serena, gue mohon jangan semakin diperbesar ya? Dari awal, gue nggak berekspetasi bisa suka sama siapa. Kalau pada akhirnya cewek yang gue cintai itu Lavelyn, tentu gue nggak akan sebrengsek itu untuk berpindah ke lain hati hanya karena lo mencintai gue lebih dulu."

"Terus apa gunanya semua ini, Asta? Ngapain lo ke rumah gue? Bantu gue lepas dari belenggu orang tua. Nurutin semua mau gue. Khawatir sama gue. Semuanya apa?!"teriak Serena.

"Itu semua karena rasa bersalah gue sama lo. Gue tahu lo nggak pernah bahagia karena selalu di siksa. Apalagi salah satu pelaku yang udah siksa lo itu adalah Mama gue sendiri. Terus gue harus diam aja gitu? Nggak, Serena. Gue tentu nggak tega biarin sahabat gue tersiksa. Sebisa mungkin pasti gue bantu. Gue nurutin semua mau lo karena ingin memberikan kebahagiaan buat hidup lo,"sanggah Astalian.

"Apa semua itu salah? Semua hal yang gue lakukan hanya untuk menebus kesalahan Mama. Maaf kalau semua itu malah memberikan harapan baru buat lo. Tetapi, dari awal gue udah tegasin kalau gue cintanya sama Lavelyn,"sambung Astalian menatap Serena yang menundukkan kepalanya, menangis sesegukan.

Astalian mendekatkan diri dan mengusap pundaknya. "Maafin gue nggak bisa membalas perasaan lo. Terima kasih lo sudah bertahan sejauh ini. Lo hebat Serena. Di tengah banyaknya kesakitan yang lo rasain, lo masih sempat untuk senyum. Gue salut sama cara lo bertahan hidup. Setelah ini, tolong hidup lebih baik lagi. Relain semua hal yang bukan milik lo. Lo hanya perlu bahagia dan tenang. Hanya itu saja, Serena. Gue dan Lavelyn akan selalu ada buat lo kok. Jangan sungkan untuk minta bantuan ya? Bagaimanapun, lo adalah sahabat gue. Sekali lagi, gue minta maaf atas segala sikap gue dan perlakuan Mama selama ini. Makasih ya Serena."

Astalian berjalan pergi meninggalkan Serena yang tidak berhenti menangis. Isakannya semakin terdengar jelas. Ia merasa semua usahanya untuk mendapatkan Astalian hanya sia-sia. Ia pikir dengan kejadian menyakitkan yang menimpanya, akan membuat Astalian meliriknya sebagai seorang perempuan yang pantas untuk di cintai. Tetapi, ia salah. Seberapa keras berusaha, cinta Astalian hanya untuk Lavelyn.

Apa sekarang ia harus benar-benar merelakan Astalian hidup bahagia bersama Lavelyn?

"Nangis aja. Perasaan lo valid kok. Gue ada di sini,"tutur Ansel datang menghampiri Serena dan membawanya ke dalam dekapan.

Serena melingkarkan kedua tangannya di belakang tubuh Ansel. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang Ansel. Tangisannya semakin deras. Ansel usap dengan lembut rambut Serena tiada henti.

"Nggak papa, Serena. Lo boleh kecewa. Tetapi, janji sama gue. Besok dan seterusnya lo hanya perlu bahagia. Setelah semua ini, lo perlu belajar untuk merelakan segala hal yang bukan untuk lo. Gue akan temani setiap proses lo jadi manusia yang lebih baik dan hebat lagi. Lo nggak harus membalas perasaan gue. Cukup jadi Serena yang kuat dan sehat. Gue janji akan selalu ada di setiap momen dalam hidup lo,"ucap Ansel.

"Makasih Ansel. Cuma lo yang bisa mengerti perasaan gue,"lirih Serena di tengah tangisannya.

Ansel tersenyum simpul. "Iya. Lo puas-puasin nangis di pelukan gue. Setelah selesai, gue anterin pulang. Nanti gue masakin makanan kesukaan lo."

...

Gimana sama part ini?

Siapa yang nggak sabar nungguin Astalian jujur?

* Published on May 22th, 2024.

Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang