Hal Paling Berharga

277 29 10
                                    

Dengan wajah sebal, Niar yang duduk dengan rambut terurai ke belakang.

"Maaf.." katanya tiba-tiba.

"Yah, ga masalah. Lagian juga si Pras nya itu yang psyco, jadi bukan salah elu. Gua ga nyangka aja kalo Pras bisa nekat motong kabel rem mobil gua. Untung gua pinter, jadi kecelakaannya ga parah banget sampe bikin luka permanen," ucap Niar dengan sombongnya.

Niar membuka satu matanya dan melihat candaan nya tidak menghibur Hari sama sekali.

"Nanti gua coba ngomong sama Deni. Besok gua udah boleh pulang ko," ucap Niar memegang tangan Hari.

"Emm.. makasih. Gua beneran kaget banget pas dia ngamuk cuman gara-gara liat gua," ucap Hari dengan wajah terpendam di tangannya.

Keesokkan harinya setelah keluar dari rumah sakit, Niar pun pergi ke rumah sakit tempat Deni di rawat. Dari pintu kaca di depannya, Niar melihat ke dalam kamar berisi Deni yang sedang duduk termenung seperti pikirannya hilang disana.

Tapi Niar melihat Deni bereaksi saat dirinya perlahan membuka pintu.

"Halo Deni.."

Mata Deni tampak kembali hidup dan berkaca-kaca menatap Niar.

Baru saja berjalan selangkah, Niar terhenti karna Deni tiba-tiba menangis. Tapi bukan tangisan mengamuk seperti yang Hari katakan, bukan juga menangis karna ketakutan.

"Bu dokter.. aku.. aku udah jahat sama om Hari.."

Niar terdiam sejenak lalu dia tersenyum dan berjalan menghampiri Deni.

"Kenapa jahat?" Tanya Niar duduk di tepi tempat tidur.

"Soalnya kemaren.. gatau kenapa aku ngamuk pas liat ada orang datang. Aku takut itu om Pras, aku gamau ketemu om Pras lagi Bu.. om Pras serem.." ucap Deni terisak dengan wajah basah dengan air mata.

"Iya, om Hari emang dateng terus ngomong gitu ke Bu dokter,"

Tangisan Deni semakin keras mendengarnya.

"Pasti om Hari sakit hati banget, pasti om Hari mikir aku benci sama dia,"

"Iya memang,"

Tangisan Deni semakin keras lagi mendengarnya.

"Kenapa kamu nangis?"

Tangisan Deni perlahan mereda lalu terisak menoleh ke arah Niar yang masih tersenyum.

Niar meraih kedua tangan Deni lalu menciumnya.

"Om Hari sedih karna perlakukan kamu, harusnya kamu seneng,"

Deni terisak menelan ludah menatap Niar.

"K-Ko gitu?" Tanya Deni.

"Itu artinya om Hari sayang banget sama kamu. Kalo dia ga perduli sama kamu, dia ga bakal sakit hati sama kejadian kemaren. Yah, dari dulu om Hari emang orangnya gitu,"

Deni melihat lengan Niar yang masih terbalut perban yang dia usap.

"Bu dokter juga korbannya om Pras," ucap Niar tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Air mata Deni kembali mengalir menatap wajah Niar yang terlihat terluka.

"Bu dokter udah sering di serang pasien, jadi gapapa. Kamu sendiri gimana? Ibu Dateng kesini buat liat kondisi kamu kondisi mental kamu. Biasanya abis kaya gini, si korban bakal ngalamin kondisi.. emm.. kaya ketakutan gitu," ucap Niar.

Deni menelan ludah lalu dia tersentak karna mengingat kejadian hari itu.

"Kayanya dari pada trauma sama kejadian om Pras, aku lebih takut sama keadaan om Hari gara-gara ini," ucap Deni meremas selimut nya.

Target Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang