Tetangga Sebelah

350 33 11
                                    

"Gila.. aku gatau, ternyata om lebih keren dari yang aku bayangin," ucap Deni dengan wajah bersinar menatap Hari yang duduk di sebelahnya sambil mengemudikan mobil.

"Keren? Emangnya temen aku bilang apa?" Tanya Hari heran.

"Di tim nya om, om yang paling jago nembak kan?"

"A- iya.. ngepain coba mereka bilang-bilang," ucap Hari malu.

"Ih bagus dong. Aku pengen liat om nembak dong sekali-kali," ucap Deni tersenyum senang.

"Hahaha iya, nanti lain kali, aku kan lagi sakit jadi ga bisa nembak. Menembak itu butuh ke stabilan tinggi. Tangan aku aja gemetar karna penyakit aku," ucap Hari menunjukkan telapak tangannya yang gemetar pada Deni.

"Oh iya juga. Aku pengen bantu om sembuh tapi.. gatau gimana caranya," ucapnya menunduk murung.

Hari mendengus tersenyum lalu membelai rambut Deni.

"Makasih yah," ucap Hari.

Hari kembali melihat ke depan, lalu dia menghela nafas panjang.

"Sayang banget komandan ga ada. Dia ngurus kasus apa yah di luar negeri," pikir Hari.

Saat tiba di lampu merah, Hari termenung sebentar. Bahkan Deni juga ikut tenang memperhatikan jalanan.

Saat ada pedagang asongan lewat membawa bola, Hari dan Deni perlahan saling menatap dengan mata terbinar-binar.

*****

"Ayo tendang Den!!"

Deni menjulurkan lidahnya, lalu menendang bola yang ada di hadapannya ke Hari. Deni tersentak karna tendangannya melesat sangat jauh.

Tapi dengan riangnya Hari berlari mengejar bola itu dan menendangnya kembali ke Deni.

"Ayo lagi!!"

Deni tertawa dengan nafas berat, lalu berlari dan menendang bola itu lagi.

Saat hari sudah sore, Deni dan Hari yang baru kembali dari kantor polisi, membeli bola yang mereka lihat tadi lalu memainkannya di jalanan komplek.

"Wah wah.. lagi main bola?"

Hari dan Deni yang terengah-engah, melihat sebuah mobil dari tetangga sebelah mereka yang baru saja datang.

Satu keluarga utuh yang terdiri dari ibu, ayah dan satu anak laki-laki.

"Hehe iya nih pak Baim," sapa Hari pada pria gempal berkumis tebal yang baru keluar dari mobil.

Deni dan Hari melihat anak mereka yang seumuran dengan Deni, keluar dari bangku belakang.

"Mail sini ikutan," ajak Hari.

Anak gemuk itu memasang wajah senang saat Hari mengajaknya.

"Haha gausah pak Hari.. Mail ga bisa main bola," ucap ibunya yang terlihat anggun.

"Ah gapapa bu, namanya juga main-main, cuman tendang-tendangan doang," ucap Hari.

"Maaf yah pak Hari, tapi sebentar lagi waktunya Mail belajar," ucap wanita itu lagi masih tersenyum.

"Bukannya sekolah libur?" Tanya Deni heran.

Hari yang masih sedikit kelelahan, melirik ke arah Mail lalu tersenyum.

"Maaf kalau lancang. Saya paham pak Baim sama Bu Desti pengen Mail jadi anak yang hebat dan prestasi yang tinggi supaya masa depannya terjamin. Tapi,"

Mail terkejut saat Hari melempar bola padanya.

"Sesekali beristirahat dan bersenang-senang, terkadang membantu agar tujuan yang tadinya terasa berat jadi lebih ringan,"

Sepasang suami-isteri itu saling memandang, lalu mereka tersenyum.

Target Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang