Mandi Dengan Benar

519 39 7
                                    

"Udah 3 hari semenjak Deni tinggal di rumah gua. Awalnya dia masih terpuruk, tapi sekarang udah mendingan. Dia mulai mau ngomong lagi meskipun dia ga semangat kaya biasanya," pikir Hari.

"Om.."

"Iya Den kenapa?" Tanya Hari sambil memakan sarapannya.

"Aku.. dari kemaren sempet mikirin terus pengen nanya tapi ga enak sama om," kata Deni pelan sambil mengaduk-aduk buburnya dengan tatapan lesu.

"Tanya aja," jawab Hari dengan santainya.

"Om.. pengangguran yah?"

"...."

Hari terdiam mematung mendengarnya.

"O-oh ngga, om kerja, tapi lagi libur," kata Hari tersenyum.

"Liburnya lama banget,"

Hari senang karna nada bicara Deni mulai kembali seperti biasa.

"Anggepa aja.. om sakit, terus di suruh istirahat dulu," kata Hari menyeringai.

"Sakit??" Tanya Deni heran.

"Yup," sahut Hari.

"Om sakit apa?" Tanya Deni tampak cemas.

"Emm.. gatau juga, padahal om ngerasa udah sembuh. Tapi dokter om bilang belom boleh kerja, nyebelin banget. Bete padahal di rumah terus," gerutu Hari sebal.

"Sakit itu yang bikin tangan om Hari gemetaran?"

Hari tersentak lalu dia melihat kedua tangannya gemetar meski pelan dan lembut. Hari tidak sadar kalau selama ini tangannya tak pernah berhenti gemetar. Saat itu, Hari kembali mengingat saat dia terpaksa menembak seorang perampok yang mencoba kabur malam itu.

"Iya, mungkin. Aku sendiri juga baru sadar kalo tangan ini gemetaran," sahut Hari dengan wajah sedih.

Saat sedang termenung, Hari melihat tangannya di genggam oleh Deni. Dingin tangan Deni menjalar ke seluruh tubuhnya. Hari perlahan mengangkat kepalanya dan melihat Deni tersenyum padanya.

"Makasih, berkat om aku jadi bebas dari Fajar. Aku mungkin bakal inget terus, tapi aku mulai ngertiin dan ngelepasin Fajar,"

Mata Hari gemetar menatap Deni yang tersenyum padanya.

"Jadi om juga harus mulai ngelepasin temen om yang jatoh terus kepalanya ke pentok rel," tambah Deni.

"Hah???" Sahut Hari heran.

"Loh? Bukan yah?" Tanya Deni heran.

"Ya ngga lah. Masa semua orang masalahnya sama sih," kata Hari heran.

"Hahaha kirain," ucap Deni kembali tertawa.

Tapi berkat candaan aneh Deni, suasana Hari kembali menjadi tenang.

Hari merasa, keputusan untuk membawa Deni ke rumahnya adalah keputusan yang paling tepat.

"Oh iya, om minta maaf yah, soalnya rumah ini emang di bikin buat 1 kamar doang, om ga pernah ngira bakal ada orang laen yang tinggal disini," kata Hari tidak enak.

"Ko maaf, aku yang harusnya makasih. Terus maaf, sebenernya dari awal Dateng.. aku diem aja bukan karna masih sedih," kata Deni menunduk.

"Terus kenapa?" Tanya Hari lagi.

"Emm.. aku.. seneng banget bisa ngerasain AC," ucapnya malu.

Bibir Hari gemetar seperti sangat ingin tertawa. Tapi bukan menertawakan Deni yang sangat menyukai AC, tapi karna dia ingin tertawa senang karna Deni menyukai rumahnya.

"Selain AC apa lagi?" Tanya Hari kembali melanjutkan memakan sarapannya.

"Emm.. itu om, bak mandi gede,"

Target Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang