Yang Terakhir

2 0 0
                                    

Semenjak itu, aku tak lagi percaya meski sudah ada di depan mata. Aku tak lagi tertarik meski mungkin di mata yang lain menarik, pun tak lagi mau berusaha padahal terlihat sederhana.

Aku sudah merasa kalah untuk rasa yang pernah memerah, yang tiba-tiba ditinggal ketika sedang singgah dan harusnya sudah ku sadari sejak awal. Dan ketertinggalan menahan ku pada hening, serta menyudutkan pada sunyi yang mengering.

Mengasingkan diri menjadi bahasa baru ku, yang ingin menghilangkan banyak waktu bersama mu di waktu itu dan menampik semua kisah senja yang pernah menjadi penawar rindu. Aku tak lagi mau mengingat mu yang menyumbang luka penuh nanah tanpa memberi penawar untuk sembuh.

Ku asingkan diri sekuat-kuatnya sebab telah kalah darinya yang banyak melebihi daripada aku di sini, aku tak  memiliki apa-apa bahkan untuk memuji diri sendiri yang kerdil. Aku akan pergi dan sembunyi ke tempat yang tak akan kamu temukan meski sudut-sudutnya berhimpitan. Akan ku bawa luka-luka ini untuk menghilang, biarkan aku pulang pada sepi yang tak beraturan dan berkepanjangan. Tidak! Kamu takkan menghadang meski aku berpamitan  sebab hatimu sudah ia menangkan dengan berbagai kelebihan.

Kamu sudah memunggungi ku dan melanjutkan langkah sangat jauh, sedangkan aku masih bersembunyi mengatur napas sendirian. Ya, aku terima semua sikapmu yang demikian, yang menghapus kenangan kita uang sulit sekali ku lupakan. Tapi hapus saja, toh nyatanya aku sudah kalah. Semuanya sudah berakhir dan aku tetap menjadi yang terakhir.

Lika-liku | Bagian 2: Perpisahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang