Mengeras

1 0 0
                                    

Bagaimana kabarmu setelah sepeninggalan ku? Ku harap kamu sedang tidak baik-baik saja sebab penyesalan yang terpaksa ditelan. Aku masih ingat dengan benar, bahwa kamu baru menyadarinya ketika aku pergi tanpa pamit, dan tentunya sudah terlambat hingga rasanya berderit.

Aku sudah berada pada puncak tunggu hingga tak lagi mau merindu,- pada manusia yang terbelenggu sepertimu. Aku tak lagi mau berkesah dan lemah pada setiap penantian yang membuat lelah, pun tak lagi mau berpihak pada resah yang salah kaprah. Lalu bagaimana penyesalanmu sekarang? Apakah sudah menjalar hingga mukut tak lagi bisa menelan?

Entah mengapa, kali ini aku ingin kamu merasakan yang serupa hingga kamu benar-benar merasakan lelah dan terluka seperti yang ku rasa. Bahwa ruang tunggu ku selama ini kamu rasakan juga sekarang dan berakhir tak bahagia bahkan jauh dari kata euforia. Dan sekarang aku ingin mengatakan, bahwa jauh darimu jauh membuat ku lebih lega dan bahagia, tak lagi membutuhkan kedua tanganmu yang penuh cela.

Di akhir hari ini, aku memang sengaja tak mengucap sepatah kata,- pun tak mau merasa bahwa dulu kita pernah ada. Biarkan kali ini kamu saja yang mencecapnya,- sendirian. Meringkuk dalam kesunyian dan penyesalan hingga rasanya tak berkesudahan,- seperti sebelumnya sudah ku rasakan sendirian.

Jangan lagi sebut namaku meski diam-diam, sebab telinga ku sudah tak lagi bisa mendengar meski samar. Ini adalah kali terakhir ku ucapkan salam yang tentunya akan terus terngiang di telingamu yang sedang mengerang kesakitan.

Lika-liku | Bagian 2: Perpisahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang