2: Eksekusi Ide Gila

1K 97 3
                                    

Shani akhirnya memutuskan untuk menemui Feni dan Gre lagi di kafe yang sama. Dia ingin mendiskusikan lebih lanjut tentang ide gila tersebut.

"Shan, lo beneran mau coba ide gue?" tanya Feni dengan penuh semangat.

"Gue nggak tahu, Fen. Ini semua kayak mimpi buruk buat gue," jawab Shani dengan nada putus asa.

"Kawin kontrak itu nggak seburuk yang lo bayangin, Shan. Kalo lo mau gw bisa kenalin sama karyawan gw, Gito namanya. Gito itu orangnya baik, lo cuma butuh waktu buat mengenalnya lebih dalam," Gre mencoba menenangkan shani dan sebenarnya dirinya juga butuh penenang soal kata katanya barusan.

Shani menghela napas panjang, menatap cangkir kopinya yang sudah dingin. Dia memikirkan segala kemungkinan yang ada.

"Ya, tapi gimana caranya gue bisa yakinin orang tua gue, terutama Papa? Dia pasti bakal curiga," keluh Shani.

"Kalau gue boleh saran, Shan, lo harus yakinin diri lo dulu. Kalau lo udah yakin, orang tua lo pasti bakal lebih mudah terima," kata Feni sambil menepuk punggung Shani.

#### Di Rumah Shani

Shani pulang ke rumah dengan kepala penuh pikiran. Mama Ve dan Papa Kynal sudah menunggu di ruang tamu. Shani tahu, ini bukan obrolan biasa.

"Shani, duduk dulu. Papa mau bicara serius," kata Papa Kynal dengan suara tegas.

Shani duduk, menyiapkan diri untuk pembicaraan yang mungkin akan menentukan masa depannya.

"Kamu tahu, Papa sama Mama sayang sama kamu. Kita mau kamu bahagia. Tapi, kamu juga harus realistis. Kamu udah lulus S2, saatnya kamu pikirin masa depan, termasuk soal pernikahan," kata Papa Kynal dengan penuh harap.

"Iya, Pa, Ma. Shani ngerti kok," jawab Shani sambil menunduk.

"Jadi, kamu udah ada rencana? Apa ada seseorang yang spesial di hati kamu?" tanya Mama Ve dengan lembut.

Shani terdiam. Pikiran tentang kawin kontrak dengan Gito berputar-putar di kepalanya. Tapi, bagaimana dia bisa menjelaskan ini pada orang tuanya?

#### Sementara itu di Tempat Gito

Gito pulang ke rumah kecilnya yang sederhana. Ibunya, Lila, sedang duduk di kursi roda, menatap keluar jendela.

"Bu, aku pulang," sapa Gito sambil mencium tangan ibunya.

"Selamat datang, Nak. Kamu kelihatan capek," kata Lila dengan senyum lemah.

Gito hanya mengangguk. Dia tidak ingin ibunya tahu betapa berat hidupnya sekarang. Dia harus kuat demi ibunya, seperti yang selalu dia janjikan pada mendiang ayahnya.

"Ibu nggak usah khawatir. Gito baik-baik aja kok," Gito berusaha meyakinkan.

Tapi dalam hati, Gito tahu bahwa semua ini semakin sulit. Dia butuh solusi cepat untuk masalah keuangan mereka.

#### Kembali ke Kafe

Hari berikutnya, Shani, Feni, dan Gre berkumpul lagi di kafe. Shani masih bimbang, tapi dia tahu waktu tidak akan menunggu.

"Shan, lo nggak bisa terus begini. Lo harus ambil keputusan," kata Feni dengan serius setelah melihatsahabatnya terlihat stres.

"Iya, gue tahu. Gue udah pikirin ini matang-matang. Gue bakal coba jalanin ide kawin kontrak ini," jawab Shani akhirnya.

Feni sedikit terkejut tapi juga lega mendengar keputusan Shani.

"Oke, kalau gitu kita perlu ngomong sama Gito. Gre, lo bisa bantu atur ketemuannya?" tanya Feni.

"O-oke. Gue bakal hubungin dia sekarang," kata Gre, sesaat ia bimbang apakah ia akan menyesal melepas orang yang beberapa kali membuatnya tertarik. Tak lama ia mengeluarkan ponselnya.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang