.
.
Pesta kelulusan, dimana momen tersebut telah dinanti-nanti oleh semua wisudawan yang berhadir di aula utama gedung kampus tempat belajar Chenle dan Renjun.
Hari kebahagiaan karena telah merdeka dari tugas-tugas kuliah sekaligus hari kesedihan saat terpisah dari teman-teman seperjuangan.
Para orang tua berdatangan untuk menyaksikan anak-anaknya memakai toga. Renjun terlihat senang saat ayahnya datang menemuinya. Dikala semua orang sibuk dengan para orang tua, Chenle hanya duduk sendirian di salah satu bangku barisan belakang yang diperuntukkan bagi tamu.
Orangtuanya tidak bisa datang karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Tak apa, Chenle tidak memaksa mereka untuk datang saat mengetahui jika kedua orangtuanya bekerja demi dirinya juga. Toh, Chenle juga bukan mahasiswa berprestasi yang akan naik ke panggung untuk berfoto bersama para rektor universitas. Jadi tanpa hadirnya orang tuanya, Chenle tak masalah.
Acara tersebut berjalan dengan lancar, sekarang mereka tengah mengabadikan momen bahagia mereka dengan berfoto sua. Baik dengan sesama teman ataupun dosen yang mereka favoritkan.
Karena kasihan melihat Chenle yang hanya bengong di tengah keramaian, Renjun menarik anak itu untuk mengambil kenangan bersama dirinya dan ayahnya di depan gedung aula.
Difotokan Sungchan, teman satu lokal Chenle, satu foto berhasil masuk galeri ponsel Renjun dan ia akan mengirimnya nanti kepada Chenle setelah acara benar-benar usai.
"Wah, aku tidak menyangka namaku akan bertambah panjang setelah ini." ucap Sungchan pada Chenle yang berdiri di sampingnya. Chenle hanya menanggapinya dengan kekehan. Dua orang itu sedang tak melakukan apa-apa dan hanya melihat orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
"Oh iya, Chenle. Apa kau sudah ada tujuan setelah ini? Maksudku kau sudah menemukan tempat yang cocok untuk bekerja nanti?" tanya Sungchan sambil menghadap Chenle.
Chenle terlihat berpikir sejenak, "Sebenarnya aku ada rencana ingin merantau ke kampung halaman nenekku di Jilin. Tapi rencana itu belum aku beritahu pada orangtuaku." jawab Chenle seadanya.
Sungchan pun menggangguk dan tersenyum. "Kita mungkin tidak akan bisa bertemu sesering seperti di kelas lagi. Sedih sih, tetapi inilah hidup. Ada pertemuan, pasti ada perpisahan." ucapnya sembari mengacak rambut Chenle yang sudah tidak mengenakan topi toga lagi.
"Yak! Berhenti menghancurkan rambutku!" seru Chenle tak terima tatanan rambutnya diacak-acak oleh pria kelebihan kalsium itu.
"Aku akan merindukan wajah kesalmu ini, hahaha." Sungchan semakin melebarkan tawanya ketika Chenle memasang wajah merajuknya yang malah terlihat menggemaskan.
"Sungchan, kau benar-benar.."
Perkataan Chenle terhenti saat telinganya tiba-tiba saja berdengung hingga rasanya indera pendengarnya mendadak berhenti. Ia mencoba mengusap-usap telinganya agar pendengarannya pulih, tetapi nihil. Malah ia mendengar suara desisan seperti ular yang tengah merayap di tanah.
"Ugh!"
Chenle tersentak kala tiba-tiba dadanya dihantam rasa sesak. Ia menepuk-nepuk dadanya guna menghilangkan rasa sesak tersebut, tetapi tidak berguna. Malahan makin menjadi-jadi hingga pandangannya perlahan mengabur.
Chenle merasakan jika tubuhnya ditahan oleh Sungchan saat dirasa kedua tungkainya kehilangan kekuatannya.
Samar-samar ia melihat wajah panik Sungchan serta gerakan bibir pria Jung itu yang tengah memanggil-manggil namanya. Tetapi ia tidak bisa mendengar suara apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witte Slang [JiChen]✓
Fanfiction"You are my bride, Zhong Chenle." This is bxb, homophobia out! Mature 18+, bocil skip! Don't report! Jisung × Chenle Fanfiction #1 - jichen (25/05/2024) ©ChLeo (@Moominn_njun)