🐍drie

1.2K 133 11
                                    




.

.



Chenle mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Ia termenung sejenak menatap langit-langit kamarnya yang berwarna abu. Seketika sekelebat ingatan tadi malam tentang dirinya diperkosa pria asing langsung menyeruak begitu saja.

Chenle panik sembari menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya.

Tak ada apa-apa.

Pakaiannya lengkap.

Tapi-

Buru-buru ia menyingkap kaos yang ia kenakan. Ia yakin perbuatan bejat pria itu pasti akan meninggalkan jejak di tubuhnya.

Tapi nihil, dada serta kulit perutnya bersih.

Kenapa? Bukankah tadi malam..

Chenle beralih memeriksa kondisi pahanya yang terbalut celana pendek selutut.

Baik-baik saja. Belalainya pun masih tertidur.

"Aneh.. apakah tadi malam itu hanyalah mimpi?"

Plak!

Chenle menampar pipinya. "Jika semalam hanyalah mimpi, KAU MESUM SEKALI ZHONG CHENLE!!"

Pemuda itu meninju apapun yang berada di dekatnya. Bantal, guling, selimut, tak luput dari sasaran kekesalan seorang Zhong Chenle yang tengah merutuki dirinya sendiri karena telah berani memimpikan bercinta dengan seorang pria asing.

"ZHONG CHENLE PABBO!!"

Chenle terengah-engah di atas kasurnya yang berantakan akibat amukannya sendiri.

Memilih untuk mengabaikan kekacauan yang ia perbuat, Chenle membutuhkan guyuran air dingin untuk menenangkan pikirannya.

Setelah berada di bawah shower, rintik air dingin membasahi pucuk kepalanya hingga bayang-bayang mimpi semalam perlahan-lahan sirna.

Chenle mengusak surai basahnya, mengusap wajahnya sembari melakukan pijatan ringan di pelipisnya. Setidaknya sekarang ia merasa lebih baik.

Tangannya terulur untuk meraih sabun mandi. Mengusap ke seluruh tubuh hingga pandangannya terpaku pada lengan sebelah kanannya.

Disana terdapat bekas seperti lilitan, tetapi ada pola sisik seperti ular dan berwarna putih. Kulitnya memang sudah putih, tetapi bekas lilitan itu terlihat berwarna keperakan sehingga bekasnya tercetak jelas di permukaan kulitnya.

Chenle menggosok bekas itu menggunakan sabun, tetapi tidak hilang juga. Seolah itu adalah tato permanen yang tidak bisa dihilangkan selain menggunakan alat khusus.

"Aish! Kenapa tidak menghilang juga!"

Chenle lelah terus-terusan menggosok lengan kanannya. Malah kulitnya berubah kemerahan akibat terlalu lama digosok menggunakan sabun.

Karena tidak mau menyakiti diri sendiri, Chenle memutuskan untuk mengakhiri mandinya pagi itu.



***



Kaki terbalut sepatu sneakers itu melangkah keluar dari mesin ATM setelah mendapatkan nominal uang yang ia inginkan. Menjelajahi seberang jalan yang terdapat pedagang kaki lima, ia memutuskan untuk menyeberang saat jalanan telah aman oleh pengendara.

Menghampiri salah satu pedagang yang menjual kentang tornado, Chenle memutuskan untuk menyantapnya di tempat sambil mendudukkan diri di pinggir trotoar.

Satu pesan masuk dari Renjun yang mengatakan tempat tujuan liburan mereka selanjutnya membuat bibirnya sumringah.

Pemuda bergigi gingsul itu mengajaknya ke pantai akhir pekan ini.

Witte Slang [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang