.
.
Chenle kembali ke kamar kostnya saat jarum jam menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Setelah piknik Renjun mengajaknya makan siang di restoran langganan keluarganya. Lalu singgah di supermarket untuk membeli bahan-bahan makanan untuk Chenle masak saat makan malam tiba.
Pemuda kelahiran November itu mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang sembari jemarinya berselancar lincah di atas layar ponsel.
Karena tak ada yang penting, ia memutuskan untuk masuk ke kamar mandi guna membersihkan diri.
Chenle tinggal sendiri di kamar kost yang sederhana setelah memutuskan untuk ikut Renjun ke universitas yang sama dengan pemuda itu. Ia ingin hidup mandiri tanpa gangguan dari orangtuanya di kota. Untunglah keputusannya ini didukung oleh kedua orang tuanya sehingga Chenle menikmati hidupnya dengan tenang disini.
Renjun tinggal bersama orangtuanya karena memang saat sekolah menengah atas Renjun yang berkeinginan untuk tinggal sendiri di kota.
Sesungguhnya hidup Chenle dan Renjun saling berkebalikan. Tetapi mereka tetap bersama sampai akhir pendidikan tinggi.
Kembali ke Chenle, pemuda itu telah menanggalkan seluruh pakaiannya ke dalam keranjang cuci. Menyampirkan handuk di dekat wastafel agar memudahkan untuk mengambil saat kegiatan mandinya selesai.
Menyalakan keran untuk membasuh wajahnya, Chenle meraih sabun cuci muka untuk membersihkan wajah terlebih dahulu sebelum ke kegiatan inti.
Selama menggosok-gosok kulit wajahnya, ia merasa ada yang tengah memperhatikannya. Ia tolehkan wajah penuh busanya ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Tak ada apapun selain keheningan.
'Apa hanya perasaanku saja?' tanya Chenle dalam hati. Berusaha abai, ia lanjutkan kegiatan mandinya hingga selesai.
***
Chenle sekali lagi menoleh ke arah pintu kamarnya dan beralih ke arah jendela kamar yang terbuka setengah.
Ia merasa yakin jika ada seseorang yang tengah memperhatikan aktivitasnya sedari di kamar mandi. Namun nyatanya sejauh mata memandang, hanya ada dia sendirian di kamar ini.
Kenapa ia bisa merasa seperti itu? Ini aneh.
Mandinya pun tak tenang hingga saat ia selesai memakai pakaian santai pun ia masih merasakan ada sepasang mata yang mengamatinya dari tempat yang tak terlihat.
"Astaga, Chenle.. sebegitu lelahnya kau dengan tugas kuliah sampai berhalusinasi seperti ini?"
"Tapi tugas kuliah telah usai, seharusnya aku sudah tidak stres lagi. Apa travelingku kurang?"
Monolog Chenle sambil merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia harus mengajak Renjun jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh selain sungai Han. Ia butuh refreshing lebih dari ini.
Setelah beberapa saat bertukar pesan dengan Renjun, ia berusaha memejamkan mata untuk menjemput bunga tidur lagi. Berharap perasaan tak tenangnya akan lenyap saat ia bangun tidur nanti.
***
Ternyata tidur memang solusi yang tepat untuk meredakan keresahan hati. Buktinya Chenle tidak merasakan apa-apa lagi sampai makan malam tiba.
Sekarang pemuda itu tengah nyemil sambil menonton acara televisi malam yang tengah menayangkan acara komedi.
Beginilah hidup sendirian. Sepi, tapi Chenle menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witte Slang [JiChen]✓
Fanfic"You are my bride, Zhong Chenle." This is bxb, homophobia out! Mature 18+, bocil skip! Don't report! Jisung × Chenle Fanfiction #1 - jichen (25/05/2024) ©ChLeo (@Moominn_njun)