.
.
Chenle terbangun dengan sudut mata yang basah. Ia mengusapnya dengan punggung tangan dan melihat sekeliling. Mark berdiri di sampingnya menunggu Chenle terbangun.
"Mana Jisung?" tanya Chenle setelah berhasil mendudukkan tubuhnya di atas kasur.
"Pangeran ada di ruangan ritual." ucap Mark. Ia tahu Chenle masih bersedih saat mengetahui di dunia manusia ia telah mati dan belum sepenuhnya merelakan semua orang yang menyayanginya di sana.
Mark tidak pernah merasakan kasih sayang saat hidup, jadi ia tidak terlalu berat untuk meninggalkan dunianya.
"Apa kau siap untuk melaksanakan ritual pengikatanmu dengan pangeran?" tanya Mark saat melihat Chenle termenung dengan tatapan kosong. Chenle mengangguk walaupun sedikit ragu saat menebak-nebak bagaimana proses ritual tersebut.
"Mari, ikuti aku."
Keduanya berjalan ke arah belakang istana. Disana ternyata ada satu ruangan tersembunyi yang hanya bisa diakses oleh Jisung dan Mark saja. Karena pintu itu sudah dimantrai agar tak sembarang prajuritnya bisa masuk ke sana. Ruangan itu suci, jadi harus disegel dengan mantra sihir yang hanya Jisung dan Mark saja yang bisa melafalkannya.
Chenle terkagum-kagum saat pintu itu terbuka dengan sendirinya tanpa ada yang mendorongnya.
"Woah! Kau bisa sihir, Mark!? Sejauh mana kau mempelajari tentang hal-hal ajaib tersebut?"
Mark melirik sebentar ke arah Chenle yang sedang menatapnya dengan mata berbinar-binar. Pikiran Chenle jika ia bisa sihir, ia akan menaiki sapu terbang atau karpet terbang jika ingin kemana-mana tanpa harus berjalan kaki menjelajahi istana yang luas ini.
"Simpan saja rasa kagummu terlebih dahulu. Silahkan masuk dan jangan berteriak jika kau melihat sesuatu yang bisa membuatmu terkejut."
Chenle mengernyit, "Apa maksudmu?"
"Kau akan tahu setelah berada di dalam."
Perkataan Mark membuatnya penasaran hingga Chenle langsung menerobos masuk begitu saja ke dalam ruangan itu.
"AAAAAAAAKKKKKKKK!!"
Chenle berteriak kencang lalu lari terbirit-birit menuju pintu keluar, tetapi terlambat Mark sudah menutupnya dengan rapat.
"Biarkan aku keluar! Aku takut, Mark!" rengek Chenle pada Mark yang tengah menghalangi pintu.
"Jangan takut, dia adalah pangeran Jisung."
Chenle menoleh sekali lagi ke belakang tempat objek yang membuatnya berteriak ketakutan. Ia menatap horor sekaligus merinding pada ular putih sebesar batang pohon kelapa tengah melingkar di tengah ruangan dengan kepala yang berdiri.
Bagaimana Chenle tak kaget melihat ukuran yang tak wajar dari ular itu.
"A-aku tidak dimakannya kan?" tanya Chenle polos.
Mark terkekeh, "Bagaimana mungkin pangeran memakan pengantinnya sendiri."
"Sudah, sana hampiri pangeran." Mark mendorong-dorong punggung Chenle agar pemuda itu mau mendekat ke tempat Jisung yang memang sudah stand by menunggu kedatangan Chenle dengan berada di lingkaran sihir buatan Mark atas perintah pangeran itu juga.
Chenle menahan nafas saat posisinya sangat dekat dengan wujud ular Jisung.
Mark melihat isyarat mata dari Jisung dan ia pun mengangguk.
"Ritualnya sebentar lagi. Kau Chenle, lepas seluruh pakaianmu untuk memulai ritualnya."
Seketika Chenle melototkan matanya, "Jangan gila! Aku tidak mau telanjang di hadapan kalian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Witte Slang [JiChen]✓
Fanfiction"You are my bride, Zhong Chenle." This is bxb, homophobia out! Mature 18+, bocil skip! Don't report! Jisung × Chenle Fanfiction #1 - jichen (25/05/2024) ©ChLeo (@Moominn_njun)