chapter 2: regret?...

2.9K 274 10
                                    

El menatap ketiga pria didepannya dengan takut-takut. Ia baru sadar bahwa ia tertidur didalam pelukan sang ayah. Seseorang yang paling ia takuti.

Tubuh kecil itu bersembunyi dibalik Sergio yang berdiri tegak, enggan bergerak karena ketiga pria itu pun sama sama menatapnya dingin seakan mau membunuhnya.

"..gio ayo pergi..El nda suka disini..takut..," El meremat baju sergio. Sungguh, ia bisa mati menatap ketiga pria yang sekarang berdiri didepan sergio.

Ntah apa yang terjadi, namun ketika El bangun, ia sadar bahwa yang dipeluknya bukan lah Sergio melainkan sang ayah.

Menatap wajah Javier saja membuatnya merinding, apa lagi dipeluk seperti tadi. Sepertinya ia perlu ke dukun untuk membuang energi energi negatif yang melekat padanya.

"Caelus." Ucap Javier, sang ayah dingin. Ntah mengapa ia tak suka melihat bungsunya itu menempeli Sergio bak cicak.

El sendiri dibuat kaku saat sang ayah memanggil nama lengkapnya. Apakah ia akan mati hari ini? Oh tidak, yang benar saja!

Ia ntah kenapa mudah sekali menangis semenjak kembali ke tubuhnya yang berumur 15 tahun ini. Padahal saat ia berumur segitu, ia sangat pendiam bahkan cuek. Ada apa dengan perubahan ini? Ia harap ayahnya tak akan membawanya ke rumah sakit jiwa karena terlalu banyak berubah.

"..gio...kabur yok..El takut digigit sama Daddy..," El berbisik pelan namun tentu saja sang ayah dan kedua kakaknya itu mendengar apa yang dia ucap.

Wajah Javier berubah masam sementara kedua kakaknya mencoba untuk tidak tertawa. Enak sekali mendengar ayahnya diejek.

"Kau sudah tidak tau sopan santun?!," Ucap Javier kesal. Duda ini hanya kesal, namun nadanya terlalu kasar untuk El yang terlihat akan-

"Hic- huhuuu"

-ya dia menangis. Ia takut dengan nada itu. Ia mulai menangis sembari memeluk Sergio yang mulai keringat dingin karena ditatap tajam oleh tiga seta- maksudku orang didepannya.

Javier sendiri jadi sedikit terperanjat dan terlihat khawatir. Ia klabakan dan menatap Sergio, meminta tolong.

Javier itu tipenya tsundere. Mungkin itu yang bisa dijelaskan karena duda ini dulunya sangat mudah salah tingkah. Melihat anak bungsunya yang menangis saja ia bingung. Lalu kenapa ia bisa kasar dan malah membunuhnya? Itu akan menjadi spoiler bila saya jelaskan.

Javier pun tanpa babibu langsung menarik El kedalam dekapannya dan menggendongnya bak koala. Ia mengelus pelan punggung El yang bergetar.

Ia sedikit terdiam. Betapa kecilnya tubuh ini.. sangat ringan.. apakah ia kurang memberi El makan? Perasaan ia selalu memberi 30 juta perminggu untuk makan bocah ini. Apakah ia harus mengenapkannya menjadi 50 juta?

Tubuh fragile itu ia peluk dengan lembut. Ia jadi teringat saat sang istri harus melahirkan prematur sang anak karena keadaan dan kondisinya yang bertambah buruk. Ah..ia menjadi merasa bersalah mengingat istrinya yang sudah berpulang itu...

"Shh..Daddy minta maaf sayang..," ia mengecup pucuk kepala El dengan sayang. Hatinya sakit. Sakit sekali mengingat betapa menyedihkannya tatapan mata El saat ia berumur 6 tahun dulu.

.....

"Hic- daddy, el mau daddy...," El kecil memeluk kaki Javier sembari menangis. Tubuh kecil itu tak ingin melepaskan pegangannya pada kaki Javier.

Javier sendiri menatap datar pada sang putra. Ia tak berniat membalas ataupun berkata apapun. Ia hanya menatap anak tersebut.

Hal yang ia lakukan selanjutnya hanya melepaskan El dari kakinya dan berlalu meninggalkan anak kecil yang menangis tersedu-sedu memanggilnya.

Caelus Kenjio V.E (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang