"tidak. Aku menolak." Ucap Javier dingin. Ia berada diruang kerjanya. Jari jarinya mengetuk meja kerjanya kesal.
Ia sedang menelpon pria tua yang ia bicarakan dnegan Jax 3 hari yang lalu. Dan ternyata benar. Pria tua ini ingin pergi ke mansion anak kedua nya ini.
"Kau sangat tidak sopan kepada ayah mu sendiri ya?", Ucap alejandro. Alejandro van Eliosè. Pria berumur 74 tahun itu terkekeh kecil. Nadanya menjadi serius.
"Aku tak perlu persetujuan mu. Aku dan yang lainnya akan pergi ke sana Minggu depan. Jangan melawan dan jaga baik baik mentari kecil ku itu." Telepon pun dimatikan oleh Alejandro.
Javier mengertakkan giginya kesal. Pria tua itu seenaknya saja menelponnya dan memberitahu Javier bahwa ia akan kesini. Hah..jika saja dia bukan ayahnya, sudah pasti ia akan membakar pria tua itu hidup hidup.
Tapi karena ia bukanlah anak durhaka dan masih belum siap menjadi yatim, ia akan membiarkannya hidup. Sudah cukup dengan piatu, jangan yatim piatu dulu.
Pria berumur 40 tahun itu berdiri dan berjalan keluar. "Matt, singkirkan tikus dan hama yang mengotori perusahaan. Taruh di tempat biasa."
Matt mengangguk patuh. Matthew Anderson adalah tangan kanannya yang setia. Sebagai mantan tentara pasukan elit, Matt adalah orang yang berbakat dalam berbagai bidang. Ia telah bekerja dibawah Javier selama 15 tahun lebih. Usia Matt sekarang telah menginjak 37 tahun.
Javier keluar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju kamar dengan pintu yang dicat dengan warna abu kebiruan. Ia membukanya dan langsung melihat si bungsu dilantai yang beralaskan karpet lembut.
El sendiri sedang sibuk mencoret coret kertas. Lumayan untuk mengobati masa kecilnya yang tercap mkkb (masa kecil kurang belaia- eh, bahagia) itu.
"El?," Panggil Javier pelan.
Sang empu yang dipanggil pun langsung mendongak kearah Javier. Ia menatap Javier selama beberapa detik dan....
Ia kembali mewarnai, tak tertarik menatap Javier lebih lama.
Javier sendiri hanya menghela nafas. Tak apa, ia akan mencoba untuk mendekatkan diri kepada El sebisanya.
"Apakah kau tidak bosan?," Javier mendekatinya dan duduk disebelah El. Tangannya bergerak untuk mengelus pucuk kepala El.
"Gatau, El mau bakar rumah," ucapnya ngelatur.
"Perlu Daddy beli rumah besar agar kau bisa membakarnya?," Javier menatap El dengan tatapan lugu.
El sendiri melotot dan mendongak kearah Javier. Ia hanya bercanda! Pria tua ini gila?!
"El cuma bercanda elah! Daddy kepentok dinding lagi?!", El menatapnya sengit sembari mencubit perut ayahnya itu.
"Aduh, iya maaf sayang", Javier tersenyum kecil. Ia mengusap pipi El yang bertambah bulat itu. Ia bangga karena telah menambah jatah makan El, tak lupa memberikan nya banyak Snack juga. Ah, mungkin ia perlu stok susu juga.
El sendiri hanya diam saat Javier dengan sayang mengusapnya. Ia merasa aneh diperlakukan begitu penuh kasih sayang, namun ini juga membuatnya tenang. Ia senang tapi bingung secara bersamaan.
"El, Minggu depan opa mu datang ke mansion," ucap Javier pelan. Ia tak senang namun bungsunya tak boleh merasa tertekan.
Wajah El langsung berubah terkejut. Apa apaan ini? Bukannya opanya jarang sekali datang ke mansion?! Apakah pria tua itu yang malah akan membunuhnya?! Matilah, ia tak mau!
Javier pun dapat melihat perubahan di wajah El. Ia tersenyum kikuk, kemudian mengangkat El untuk digendongnya.
"Dia hanya ingin bertemu cucu kesayangannya ini. Jangan takut," Javier berjalan keluar kamar. Ia mengecup pelan pucuk kepala el.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caelus Kenjio V.E (Ongoing)
Fiksi RemajaWAJIB BACA DESKRIPSIIII >:( Mati? ia masih takut dengan yang namanya mati. Caelus, atau yang kerap di panggil El sudah merasakannya dan itu sangatlah mengerikan. disaat ia berpikir bahwa ia akan tenang...entah mengapa Tuhan nampaknya ingin membuat...