Halaman 16

3.1K 204 1
                                    


16 : Menceritakan tentang masalalu.
____________________________

     Ayah dan Mama, begitu menyanyangi putra bungsunya ini, Lee Jeno. Mereka bahkan dengan berani menuntut segala pertanggung jawaban dari orang orang yang melukai putra mereka, Ayah dan Mama ingin mereka yang membuat putranya koma di hukum dengan seberat beratnya, makanya setelah dipenjara pun mereka masih kena denda uang berjuta juta rupiah.

Dan juga para pelaku yang kabur, termasuk Heeseung, harus di cari sampai ketemu lalu di hukum dengan andil. Jangan membedakannya dengan kasta, Hyunjin juga harus dijatuhi hukuman seberat beratnya karena dia adalah dalang dari semua kekacauan ini.

Dan finaly, orang orang yang memukuli Jeno sampai koma, terkena hukuman tampa terkecuali, juga denda yang setimpal. Termasuk Hyunjin dan Heeseung.

Ayah dan Mama juga memberikan banyak hadiah pada Jaemin, sebagai tanda terimakasih.

Tak hanya itu, mereka memang harus kembali lagi ke Singapura karena ada pekerjaan penting disana. Tapi mereka tidak meninggalkan putra putranya dengan tangan kosong.

Segala ucapan juga bunga, hadiah, berjajar di kamar VIIP dimana Jeno dirawat. Mereka juga meninggalkan seorang bodyguard untuk menjaga Jeno dari mara bahaya, dan mereka juga membuat janji jika Jeno sudah sadar nanti, mereka akan menghadiahkan sebuah mobil untuk merayakan kesembuhannya.

Setelah sembuh, Jeno akan kembali dirawat dirumah sakit lain yang lebih profesional, demi memperbaiki tulang tulangnya yang patah, agar dirinya bisa kembali berjalan dan ber aktivitas seperti biasanya.

Kurang apalagi coba?

Jaemin saja sampai iri rasanya, tapi selebihnya dirinya sangat senang melihat kasih sayang yang berlimpah dari orangtua Jeno pada Jeno.

Jeno memang seharusnya di sayang, karena dia adalah orang yang baik, saking baiknya dia, sampai banyak orang yang membencinya.

"Jaemin, mau apel?" Tawar Jaehyun, lelaki itu sedari tadi tengah mengupas apel.

Jaemin menggeleng, "Enggak, terimakasih" Lalu teesenyum ramah.

Jaehyun mengangguk, lalu memotong motong apelnya menjadi beberapa bagian, dan menyimpannya di atas piring kecil, "Nah, buat adek Jaemin." Ujar Jaehyun, dia tetap memberikan apel itu pada Jaemin.

Jaemin menerimanya dengan ramah, Jaehyun emang gitu, gak bisa ditolak dan gak mau ditolak, kalau ditolak nanti pundung.

Keduanya tengah duduk di sofa, saling hadapan satu sama lain. Jaemin duduk di sofa yang menghadap ke bangkar Jeno, sedangkan Jaehyun membelakangi.

"Mau jeruk?" Tawar Jaehyun lagi.

Jaemin menggeleng lucu.

"Mau apa kalau gitu?"

"Gak ada, ini aja cukup." Tolak Jaemin halus.

Jaehyun mengangguk saja, dia mengerucutkan bibirnya. Tandanya dia bingung mau bilang apa, "Adek berapa tahun umurnya sekarang?"

"Delapan belas." Jawab Jaemin.

Jaehyun menatap Jaemin sekilas, "Udah tahu sih, sebenernya. Cuman nanya aja."

"Tahu darimana?" Jaemin beralih melihat ke arah Jaehyun.

"Jeno."

Ah, iya. Jaehyun sering bilang jika Jeno sangat suka menceritakan dirinya pada Jaehyun. Tadi juga orangtua Jeno berkata jika Jeno juga sering menceritakan Jaemin pada mereka, bahkan sejak dulu.

Sejak dulu itu kapan? Jika dulu banget, kan Jaemin sama Jeno baru ketemu setahun lalu? Itu juga ketemu sebagai teman se-kost.

"Pernah ngerasa ketemu Jeno, gak? Dulu dulu banget?" Tanya Jaehyun.

Teman sekamar ll JaemJen ll  ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang