Milan, 20.35

4K 519 104
                                    

Milan, pukul 20.35

Malam yang indah di Milan, namun sepertinya tak membuat sosok yang berdiri tinggi menjulang itu terkesan. Biasanya dia selalu suka akan suasana malam di Milan.

Seperempat gelas vodka di tangannya hanya tericip sedikit, selebihnya hanya dimainkan saja.

Rasa lelah setelah perjalanan 13 jam lebih begitu mendominasi dirinya. Beberapa kali tangannya mengurut pelan tengkuknya yang terasa kaku, jet lag tentu saja.

Matanya hanya memandang nanar pusat kota Milan yang terlihat dari balkon apartmentnya. Begitu banyak lampu yang menghiasi malam. Angin malam berhembus menyapu rambutnya berantakan.

Meski tubuhnya kini berada di Milan, namun pikirannya berada di Korea.

Pria bermarga Jung itu meninggalkan sosok berharganya di sana. Belum apa-apa, Jaehyun sudah merindukannya.

Helaan nafasnya terdengar lelah, dirinya taruh gelas vodkanya pada meja di balkonnya dan masuk ke dalam kamarnya, membiarkan jendela balkonnya terbuka lebar.

Jaehyun melepaskan sweater hitam yang membalut tubuh kekarnya. Pria itu memilih membersihkan diri karena rasa lengket yang menghinggapi tubuhnya.

Tak butuh waktu yang lama kini pria itu keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tangannya menyalakan TV di kamarnya untuk menghilangkan kesunyian.

Namun kini malah perhatiannya malah terpaku pada layar lebar itu, di mana wajah yang selalu berhasil membuat Jaehyun memuja tertampang di sana.

Ah, Jaehyun lupa orang itu adalah seorang selebritas terkenal. Jadi tak heran jika bahkan kini di eropa Jaehyun masih bisa melihat wajah cantik itu.

Berita memberitahu bahwa orang itu akan mengeluarkan albumnya.

Nama yang dielu-elukan, Lee Taeyong.

Jaehyun menghela nafas pelan, pria itu menyelesaikan berpakaiannya sebelum semakin lama menatap wajah itu.

Ponselnya bergetar tanda pesan masuk membuat Jaehyun mengernyit. Perlahan Jaehyun ambil ponselnya dan membaca pesan yang dikirim untuknya.

LTY❤️

| Aku tidak akan menghapus nomorku.

Hanya itu.

Jaehyun sesaat mengernyit ketika membaca pesan itu, namun saat ingin membalasnya, bel apartmentnya berbunyi.

Belum sempat membalas pesan itu, Jaehyun memilih melangkah untuk membukakan pintu pada seseorang yang kini memencel belnya.

Kening Jaehyun mengerut bingung ketika sebuah buket bunga mawar besar di hadapannya.

"Signore, un mazzo di fiori per lei. (Tuan, buket bunga untukmu)," ucap seorang pria jangkung yang sepertinya kurir bunga.

Jaehyun menerimanya dengan alis bertaut, "Da chi? (Dari siapa?)"

"Dice che lo riconoscerai. (Dia bilang Anda akan mengenalinya)," ujar pria itu lalu segera berlalu untuk mengantar paket yang lain.

Meninggalkan Jaehyun yang dilanda kebingungan karena baru kali ini mendapatkan sebuket bunga besar seperti ini.

Jaehyun membawanya ke ruang TV dan menaruh buket bunga itu di atas mejanya. Lama dirinya tatap buket itu, sebenarnya hanya ada satu orang yang ada di kepalanya saat ini.

Jadi ketika matanya melihat satu amplop surat segera dirinya buka. Ada beberapa lembar surat di sana.

"BISA-BISANYA KAU PERGI TIDAK PAMIT PADAKU! AKU MENYETIR UGAL-UGALAN BAHKAN MENGEJARMU DI AIRPORT DEMI MENEMUIMU! KAU PIKIR AKU SENANG KAU TINGGALKAN SEPERTI INI?! SETIDAKNYA PAMIT SIALAN!!! AKU BAHKAN BARU TAU KAU PERGI HARI ITU! KAU MEMANG BENAR-BENAR INGIN PUTUS YA?!"

Jaehyun mengerjap pelan membacanya, tak perlu bertanya-tanya lagi siapa penulis surat marah-marah itu. Namun bukannya merasa sedih, senyum Jaehyun justru terbit perlahan.

"Jadi dia datang ke airport?" gumamnya. Lalu membuka surat lain.

"Aku marah, aku kesal, aku kecewa dan aku sedih dengan segalanya tentang dirimu tapi bukan berarti aku sudah tidak cinta. Kau orang pertama yang benar-benar kucintai dan hal itu tidak berubah sampai kapanpun bahkan setelah apa yang terjadi."

"Aku memang perlu waktu, entah sampai kapan. Mungkin juga cintaku akan pudar seiring berjalannya waktu, namun aku tetap mengharapkan sebuah perpisahan yang baik jikalau memang itu akhir dari kisah kita."

"Entah masih ada kesempatan untuk bersama atau tidak. Untuk saat ini kau masih satu-satunya."

"Aku akan menunggumu."

"P.s Aku tidak tau kau suka bunga apa, jadi kupilih mawar merah saja. Because that's my favorite flower."

Senyum teduh Jaehyun terlihat. Hatinya seketika menghangat.

Taeyong itu kurang pandai sebenarnya berkata-kata menyentuh seperti itu, pria itu terbiasa menggoda atau menyindir, namun kali ini beberapa kalimat yang tercetak apik di sana mampu membuat Jaehyun terenyuh.

Ternyata Taeyong masih menginginkan dirinya. Hanya itu yang Jaehyun inginkan.

"Kau juga masih satu-satunya." Jarinya mengelus pelan surat yang dicetak itu. Meski tak ada tulisan tangan Taeyong, tapi kata-kata itu berasal dari lubuk hati si cantik.

Jaehyun luar biasa senang.

"Kalau begitu kuharap kau masih menungguku pulang saat aku benar-benar pulang nanti."

Perlahan Jaehyun kecup surat itu seakan itu adalah kening Taeyong.

"Aku mencintaimu, Lee Taeyong."

Jaehyun akan pulang nanti, dengan senang hati, karena Taeyong akan menunggu.


REALLY END


HEUHEUHEUHEU👀
Mereka itu masih punya nomor masing-masing, jadi ya pikirin aja sendiri🤣🤣🤣

How was your day?
Hope it's a nice day~
Happy Reading💖
Jangan lupa vote dan komen ya~

Love you all!!!❤️❤️❤️

ENTERTAINER (JAEYONG)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang