---
Aneh banget. Kita itu cuma dua orang asing. Tapi kenapa pas ketemu, aku tahu makanan kesukaan kamu?
---Hari ini adalah hari sabtu yang biasa Jana gunakan untuk jalan pagi, keliling sekitar rumahnya bersama Kapur—kucing putih— miliknya. Bisa di bilang, Kapur tuh anak bungsu yang sebenarnya di rumah Jana.
"De, sekalian kepasar dong."
Jana menghampiri ibunya di meja patri sembari menarik Tali yang di pakai untuk mengikat kapur agar tidak kabur. "Aku bawa kapur Bun."
"Gapapa, nanti pas naik angkot kapurnya kamu gendong."
Jana berdecak namun tak urung dia menyanggupi permintaan sang bunda. "Beli apa?"
"Nih, jangan ada yang kelewat ya." Hanum memberikan secarik kertas dan uang seratus ribu pada Jana, matanya sedikit menatap Jana penuh ancaman.
"Insyaallah bun gak ada yang lupa." Tekan Jana, mengerti keraguan Hanum padanya. " Yaudah aku berangkat ya, daahh!"
"Hati-hati, jangan sampai kapur kenapa-kenapa."
"IYA!!" Jana menggerutu sebal saat Kapur lebih di khawatirkan oleh Hanum dari pada dirinya.
Saat sampai di teras rumah Jana bertemu ayahnya yang tengah menyirami pohon bonsai kesayangannya. Bapak-bapak satu itu hanya memakai kaos putih dan sarung seperti biasa."Mau kemana De?"
"Jalan pagi." Ujar Jana pelan, langkahnya tak berhenti saat menjawah.
"Masih gelap loh ini." ujar Radif mengingatkan Jana kalau ini baru pukul 05.16 A.M.
Jana berdehem sebagai balasan, dia membuka gerbang dan menarik Kapur untuk mengikutinya. Samar dia mendengar ayahnya berteriak dari teras. "hati-hati bawa si kapurnya De! jangan sampe lecet."
Membuat Jana berdecak kesal dan menendang pelan perut gendut Kapur. "Beban lo!" ketusnya yang membuat Kapur mengeong dan menatap Jana tajam.
...JANA POV
Setelah selesai berkeliling membawa Kapur jalan-jalan, akhirnya aku berakhir di sisi jalan raya. Menunggu amgkutan umum lewat yang akan membawaku kepasar. Matahari sudah beranjak naik dan aku mulai merasa kepanasan setelah menunggu 20 menit di bahu jalan.
"Angkot pada kemana sih?!" kesal ku menatap kearah kanan dimana seharusnya Angkot datang dari arah sana.
Namun yang kulihat bukanlah angkutan umum melainkan seorang Kalan yang tengah mengendarai motornya dengan santai.
"Astagfirullah." Aku beristigfar secara spontan, lantas memalingkan wajah kearah sebaliknya berharap Kalan tidak melihatku dengan penampilan berantakan seperti ini.
Tin!
"Jana?"
"Hah?" Aku mengerjap saat suara yang cukup berat memanggilku saat aku lihat ternyata Kalan berhenti tepat di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Journal
Ficção AdolescenteKalian pernah gak, ngerasain perasaan stuck di orang lama? sampai-sampai kalian ada di fase mencari orang 'itu' di diri orang lain. "Tapi hal seperti itu kan sudah biasa?"-kata orang. Iya bener. 50% bahkan mungkin lebih, orang di indonesia pasti per...