---
Ayo belajar bilang. "Maunya apa?" buat seseorang yang tarik ulur gak jelas.
---...
Kami dekat di semester dua kelas tiga SMP kala itu. Hanya—sekedar dekat.
Kalan yang baik dan friendly mampu berbaur dengan banyak orang dikelas, sedangkan aku yang lebih banyak antisipasi, membuatku terlihat menyedihkan dengan hanya beberapa teman yang akrab.Aku juga mulai suka menggambar saat aku duduk di kelas kelas 3 SMP. Alasanku menggambar karena Kalan yang saat itu pernah mengajariku menggambar.
Aku juga suka bernyanyi saat itu, dan alasanku bernyanyi juga karena Kalan yang memiliki suara bagus dan selalu mendapat pujian dari suaranya.
Semua hal di kelas 3 SMP aku lakukan hanya semata-mata untuk menyaingi Kalan yang sudah menganggap ku sebagai adiknya saat itu.
Kalan itu perhatian, di sekolah dia selalu memberikan apa yang ku minta layaknya seorang kakak. ketika aku di rumah dia selalu mengabari dan menelepon ku dengan perasaan senang.
Salahnya itu ada di aku sendiri. Lambat laun hatiku yang mudah tersentuh menyalah artikan semua bentuk perhatian Kalan.
Hingga hari dimana Kalan memiliki pacar pun tiba. Dia tiba-tiba menjauh tanpa alasan, tempat duduk yang semula dekat dengan ku menjadi berpindah jauh dari jangkauan ku. Semua perhatian Kalan—mulai berpindah pada Kiara.
Dan aku di tinggalkan dengan rasa dingin yang melingkup tanpa alasan, aku terjebak di tahun itu sendirian, hingga aku kembali tersadar saat Kalan kembali menyapa setelah kami tak bertegur sapa dua tahun sebelumnya.
...
"Gue tuh sebenernya males ada bazar-bazar gini." Tessa berkeliling melewati stand-stand Bazar bersama Jana, Garistha dan Sunya.
"Kenapa?" Tanya Sunya setelah menutup mulutnya yang menguap. "Enak tau, banyak makanan." Matanya bergulir kesana-kemari mencari jajanan yang autentik.
"Tapi duit gue abis di pake jajam ini itu— Eh liat deh! ada Cimol bojot." Tessa menunjuk kearah stand kelas 11 IPS 1 membuat ketiga temannya ikut melihat apa yang di tunjuk Tessa. "Mau!! anter yu!"
Tessa menarik Jana untuk mengikutinya sedangkan Garistha kembali berkeliling bersama Sunya. "Sa ih!" Jana bergumam kesal saat tangannya di cekal cukup kencang.
"loh Kalan, Lo yang jaga?"
Jana mendongkak menatap Kalan yang ternyata tengah Jaga stand bersama Jian, Sedetik kemudian pandangan mereka bertemu sebelum Jana memutuskan pandangannya kearah makanan di meja.
"Cimol bojot berapaan Kalan?" Tanya Tessa mengambil dua bungkus cimol bojot dengan antusias.
"Lima ribu." Ujar Kalan dia kemudian menunjuk makanan lainnya menawarkan.
"Gak ah, gue ini aja. Dua berarti sepuluh ribu ya."
"Iya." Kalan mengambil uang yang di sodorkan Tessa kemudian menunjuk Jana dengan dagunya. "Temen lo gak jajan sa? enak-enak loh ini."
Jana menatap Kalan yang ternyata tengah tersenyum padanya, dua alisnya terangkat sekilas membuat Jana memutar bola matanya malas, "Engga nanti aja. Ayo Sa."
"Eh Sa, tadi lo di cariin Bayu Tau. Gue gak boong, tanya jian kalo ga percaya?" Kalan kembali menyela sehingga langkah Jana dan Tessa harus kembali di urungkan.
"Bener Ji?Emang mau apa katanya?"
"Gak tau juga, penting kali." Ucap Kalan lagi, lelaki itu kini tengah mengelap meja seolah-olah tidak peduli dengan yang mereka bahas.
"Ayo sa." Jana berbisik penuh tekanan namun Tessa seolah tak merasa dengan adanya Aura Jana yang sudah tak nyaman.
Tessa menatap Jana dengan cengiran tanpa dosa. "Lo duluan deh Jan, Gue mau nyari Bayu dulu."
"Kok gitu?" Jana tampak tak terima, dari ekor mata dia dapat melihat Kalan yang pura-pura tidak mendengarkan mereka.
"Aduhh...gimana ya. Lo tau sendiri si Bayu, takutnya doi bertingkah lagi, nyariin gue di kelas."
"Tap—"
"Lo nyari Garistha sendiri ya, bye!" Tanpa menunggu jawaban dari Jana, Tessa berjalan cepat menuju kearah kelasnya berada.
Jana menghela nafas kasar dia melirik Kalan yang tengah tersenyum lebar padanya juga Jian yang terkekeh melihat Jana di tinggalkan oleh Tessa sendirian.
"Mau di temenin gak Jan?" Tawar Jian.
Jana mendengus lalu memutar badan meninggalkan mereka—mencari Garistha— di antara hilir mudik siswa-siswi yang berburu jajanan.
"Yan." Kalan memanggil. "Lo jaga sendiri ya. Aing mau nyusul Jana."
"Tapi Kal—Anjing! Kalan! heh, ini bagian jaga lo doang setan! gue kan udah." Nada bicara Jian merendah saat Kalan sudah hilang dari pandangannya, berbaur dengan banyaknya murid yang tak karuan arah.
"Ah! Onyet." Paraunya melihat dagangannya masih banyak dan teman-teman sekelasnya malah berburu bazar di stand lain.
...."Gue temenin."
Jana tersentak saat punggungnya menyentuh bagian Dada Kalan yang berjalan di belakangnya, pemuda itu mencondongkan tubuhnya dan berbisik pelan di telinga Jana.
"Apasih." Jana mendorong pelan Kalan agar menjauh sebelum kembali berjalan mengelilingi stand Bazar untuk mencari Garistha.
"Lo cantik kalo pake kebaya Jan."
"Iya, kata orang kalo pake seragam gue kaya topeng monyet." Balas Jana lalu melirik sinis Kalan yang sudah beralih berjalan di sampingnya.
Kalan tertawa ringan lalu mengangguk, "Kayaknya gue harus berterimakasih sama tuh orang, karena ngomong Fakta."
"Apaan sih Kalan!" Jana kesal dan sepertinya akan selalu kesal kalau bicara dengan Kalan yang selalu meledeknya. "Udah ah, sana. Ngapain ngikutin gue coba?"
Kalan mengedikan bahu tak peduli, langkahnya masih mengikuti Jana yang celingukan mencari Garistha. "Gak jajan, Jan?"
Jana tidak menjawab dia mengabaikan Kalan dan lebih memilih mencari temannya dengan fokus. "Kemana sih." Gumamnya resah karena Garistha tak bisa ia temukan.
"Jana." Suara Kalan mulai berat membuat perasaan aneh muncul saat Jana mendengarnya, perutnya tergelitik geli saat tangan Kalan mulai mencekal pelan pergelangan tangan Jana.
Jana berhenti melangkah saat keduanya sampai di depan Kelas Jana yang sepi dan lenggang. "Kalan." Jana melepas cekalan Kalan lalu menatapnya lekat. "Gue tuh gak ngerti ya sama sikap lo yang tiba-tiba kayak gini."
Jana mengepalkan tangannya, dia memang suka Kalan namun kali ini dia harus tegas. Kesalahan di masa lalu harus dapat Jana saring sebagai pelajaran.
"Sekarang gue tanya, Lo maunya apa? Kenapa lo deketin gue kayak gini. Apa setelah dua tahun asing lo masih anggap gue adik lo Kalan? Please Wake up! Kita udah bukan anak-anak lagi sekarang." Alis Jana menyatu dengan ekspresi menuntut.
Kalan menghela nafas sebelum dia berujar dengan suara rendahnya, "Yaudah, ayo kita selesain dulu masalah yang dulu. Bukan sebagai Jana dan Kalan yang sekarang. Tapi sebagai Jana yang gue anggap adik dan Kalan yang menganggap dirinya sebagai kakak."
Jana menutup matanya jengah ia menatap kearah lain sebelum menatap kearah Kalan kembali. "Apanya yang mau di selesain? semuanya udah selesai saat lo Jadian sama Kiara waktu itu."
---NEXT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Journal
Novela JuvenilKalian pernah gak, ngerasain perasaan stuck di orang lama? sampai-sampai kalian ada di fase mencari orang 'itu' di diri orang lain. "Tapi hal seperti itu kan sudah biasa?"-kata orang. Iya bener. 50% bahkan mungkin lebih, orang di indonesia pasti per...