Menjadi idaman para siswa di sekolah tentu menjadi impian kebanyakan remaja saat ini, namun tidak dengan Yasmina. Gadis cantik berkulit putih itu tidak senang menjadi pusat perhatian di sekolahnya. Tidak heran kalau banyak siswi yang iri dengan Yasmina, sudah cantik, pintar, ramah, idola para siswa, juga menjadi idaman para guru. Yasmina beberapa kali mewakili sekolahnya mengikuti kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional dan prestasi Yasmina selalu membanggakan. Dia selalu menjadi langganan tiga terbaik dari semua peserta dari seluruh Indonesia.
Menjadi pusat perhatian di sekolah membuat Yasmina tidak bisa bergerak bebas di sekolah, kemanapun dan dengan siapapun dia berinteraksi akan menjadi bahan pergunjingan di kalangan para siswi. Termasuk bagaimana Yasmina didekati salah satu siswa most wanted di SMA Jaya Bangsa . Bagi Yasmina, Juvenal--si ketua basket SMA Jaya Bangsa--tidak lebih dari sekedar teman karena Yasmina mencoba baik pada siapapun, tapi sepertinya kebaikan Yasmina itu banyak disalah pahami oleh beberapa orang.
"Gue kan udah berkali-kali ngingetin Lo, Yas! Lo itu terlalu social butterfly, banyak yang salah paham sama kebaikan Lo itu!" Ucap Cindy, sahabat Yasmina sejak SMP.
"Ya terus gue harus jahatin mereka? Nggak bisa, Cin, gue harus bales kebaikan juga karena mereka udah baik ke gue!"
Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir sepakat antara keduanya. Cindy sebenarnya tidak mau kebaikan sahabatnya itu terus menerus disalah artikan oleh banyak orang. Hidup di jaman sekarang itu serba salah, kita ramah ke semua orang katanya cari perhatian, giliran kita cuek dibilangnya sombong. Lantas kita harus bersikap seperti apa?
"Gue capek denger Lo diomongin sama mereka!"
"Ya udah biarin aja! Gue aja santai orangnya!" Yasmina memang tak pernah ambil pusing dengan omongan orang tentangnya.
"Percuma ngomong sama Lo!" Cindy yang kesal meninggalkan Yasmina sendiri di perpustakaan.
Dijam istrihata kedua Yasmina memang jarang pergi ke kantin, setelah melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah dia selalu akan pergi ke perpustakaan. Kadang sendiri, kadang juga ditemani yang lain. Tak mau ambil pusing Cindy yang meninggalkannya, Yasmina memutuskan untuk duduk di salah satu kursi dekat jendela, tempat favorit Yasmina setiap pergi ke perpustakaan. Perpustakaan yang berada di lantai dua dan menghadap ke arah jalan raya di depan sekolahnya membuat Yasmina bisa mengamati kendaraan yang melintas, tak jarang juga Yasmina memperhatikan anak STM depan di area sekolah mereka.
Kalau boleh jujur, saat sendiri seperti sekarang ini Yasmina lebih memilih memperhatikan anak STM depan alih-alih membaca buku yang dia pinjam. Yasmina jatuh cinta pada salah satu siswa STM depan, Yasmina sering melihatnya bersama teman-temanya setiap pulang sekolah dan biasanya di jam istirahat kedua anak itu akan bercanda ria bersama teman-temannya di parkiran motor.
"Hai, Yas! Sendirian aja? Tadi bukannya kamu sama Cindy ya?" Sapa siswa yang saat ini sering digosipkan dengannya.
"Eh, Ven! Iya nih, Cindy lagi ngambek! Lo juga sendirian aja?"
"Lagi mau ngerjain tugas sih, nggak sempet ngerjain di rumah soalnya. Bolehkan duduk disini?" Juvenal, cowok itu meminta izin sebelum mendudukkan dirinya di samping Yasmina.
"Boleh, kan tempat umum!"
"Thanks ya! Sorry kalau ganggu, kamu lanjutin aja baca bukunya!" Juvenal duduk disamping Yasmina, dia langsung fokus pada tugas yang belum dia selesaikan itu.
Yasmina membuka buku yang dia pinjam, tapi matanya masih memperhatikan sosok diseberang sekolahnya yang saat ini sedang tertawa bersama teman-temannya.
"Ven, anak laki-laki biasanya kalau kumpul bahas apaan sih? Kok kayaknya asik banget, kayak punya dunia sendiri!" Yasmina mengalihkan pandangannya pada Juvenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable |Ataksia; What If| °HaeSelle°
Ficção AdolescenteCerita ini sebenarnya adalah cerita Ataksia versi happy ending. Ataksia sendiri udah pernah aku publish dan udah tamat di akunku yang nggak bisa dibuka itu dan sengaja aku ganti fececlaimnya karena disana ada mendiang Moonbin yang aku pake buat sala...