Bel istirahat kedua baru saja berbunyi, para siswa dan siswi berbondong-bondong menuju masjid sekolah untuk menunaikan sholat Dhuhur berjamaah. Yasmina yang kebetulan sedang tidak sholat ingin langsung ke perpustakaan saja.
"Yas, nggak sholat?" Tanya Silvia yang melihat Yasmina justru mengambil buku paket Sejarah Indonesianya alih-alih mukena.
"Lagi nggak sholat gue, Vi. Mau langsung ke perpustakaan aja."
"Nggak mau ikut gue aja, Yas ke kantin?" Tawar Sabrina yang juga sedang tidak sholat.
"Yasmina ke kantin istirahat kedua itu keajaiban tau nggak! Jelas dia lebih milih pacaranlah di perpus sama kapten basket," sahut Cindy.
"Bacot bener dah Lo! Udah, Na, Lo ke kantin aja! Atau Lo mau ikut gue ke perpus?"
"Ke kantin aja, gue laper!" Sabrina jelas menolak Yasmina karena dia bukan tipe anak kutu buku seperti Yasmina.
"Buruan dah, Lo pada ngapain sih masih disini?" Sigra melongokkan kepalanya di pintu karena sedari tadi para cewek tak kunjung keluar kelas.
"Sabar! Kita butuh mukena ya nggak kayak Lo yang langsung berangkat!" Sahut Cindy, jangan heran kalau mereka berdua tidak pernah akur. Melvin saja hanya geleng-geleng kepala kalau mereka berdua sudah bertengkar.
"Jangan ganggu singa lagi tidur deh, Gra!" Bisik Yasmina tepat di telinga Sigra yang berjalan keluar melewati cowok itu.
"Temen Lo, noh!" Sigra tak mau kalah begitu saja dengan Cindy.
Yasmina tak lagi menanggapi, dia segera bergegas menuju perpustakaan membawa buku paket Sejarah Indonesianya dan juga ponselnya. Sesampainya dia di perpustakaan, Yasmina segera mengisi buku hadir dan menuju tempat favoritnya. Javier belum terlihat di tempat parkir, mungkin mereka masih sholat juga.
Yasmina fokus membaca buku paketnya karena nanti akan ada ulangan harian, Yasmina ingin memantapkan lagi apa yang sudah dia pelajari semalam. Namun lima menit menunggu Javier tak kunjung muncul juga, Yasmina menghembuskan napasnya. Cewek itu melipat kedua tangannya diatas meja lalu menidurkan kepalanya diatasnya. Yasmina memejamkan matanya sejenak, namun siapa sangka kalau Yasmina justru tertidur pulas.
Tak lama setelah Yasmina tidur, Juvenal datang. Cowok itu tersenyum melihat Yasmina tidur begitu lelap. Juvenal duduk dengan hati-hati disamping Yasmina, memandangi wajah Yasmina yang damai dalam tidurnya. Kedua sudut bibir Juvenal terangkat, sebuah senyuman terbit pada bibir cowok itu. Juvenal mengangkat tangannya, hendak menyentuh kepala Yasmina namun gagal karena ponsel Yasmina berdering.
Layar ponsel Yasmina terbalik sehingga Juvenal tidak bisa melihat siapa yang menelpon cewek itu, Yasmina terusik karena bunyi telpon itu. Yasmina sedikit terkejut saat melihat Juvenal sudah berada di sampingnya.
"Hai, Ven!" Sapa Yasmina sebelum akhirnya meraih ponselnya.
Nama Javier tertera di ponselnya itu, Yasmina melihat ke arah parkiran STM dan Javier sudah berada disana bersama teman-temannya. Yasmina menggeser tombol hijau, lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinganya. Juvenal hanya mengamati setiap gerak Yasmina.
"Kenapa?" Tanyanya dengan mata yang terus tertuju kearah Javier.
'Cuma mau ngingetin kalau nanti pulang bareng gue, jadi mending sekarang Lo ngasih kabar ke kak Ayu atau nyokap Lo buat nggak usah jemput lo nanti!'
"Iya, gue inget! Tadi pagi juga gue udah ngomong ke mereka kalau nggak usah dijemput. Lagian Lo kenapa telpon, kan bisa ngirim WA aja! Ganggu orang lagi tidur aja!"
'Halah, lagi tidur apa lagi pacaran? Bilang aja Lo lagi pacaran dan nggak mau diganggu!'
"Nah, itu tau! Lo lagi dimana sih rame banget?" Tanya Yasmina basa basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable |Ataksia; What If| °HaeSelle°
Ficção AdolescenteCerita ini sebenarnya adalah cerita Ataksia versi happy ending. Ataksia sendiri udah pernah aku publish dan udah tamat di akunku yang nggak bisa dibuka itu dan sengaja aku ganti fececlaimnya karena disana ada mendiang Moonbin yang aku pake buat sala...