:: Bagian Dua ::

73 14 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, Javier dan teman-temannya langsung menuju ke tempat parkir. Mereka sengaja memilih menunggu di tempat parkir karena kalau di kelas jauh dan alasan mereka tidak langsung pulang karena Javier sengaja menunggu Yasmina. Javier tahu cewek itu selalu diantar jemput oleh mama atau kakaknya dan biasanya dia akan pulang paling terakhir. Javier masih belum punya keberanian untuk mengajak kenalan Yasmina jadi untuk saat ini biarkan dia mengamati Yasmina dari jauh saja.

"Jav, samperin gih!" Desak Yuda, cowok itu sejak tadi sudah memaksa Javier untuk mendatangi Yasmina.

"Lo dari tadi nyuruh gue nyamperin tuh cewek mulu deh perasaan, terus kalau gue samperin mau Lo kasih apa sih?" Javier lelah mendengar ocehan Yuda dari tadi.

"Kalau Lo berani nyamperin tuh cewek, bensin Lo selama satu bulan dari gue!" Tantang Yuda.

"Javier nggak bakal berani nyamperin, gue aja yang nyamperin deh!" Sony juga sudah greget dengan Javier.

"Nyari mati Lo? Denger ya, gue nggak mau nyamperin dia cuma gara-gara iming-iming dari kalian. Mau kalian beliin gue mobil kek, gue nggak peduli! Karena dia bukan barang yang harus dipertaruhin!"

"Hooooo!" Seru mereka kompak.

"Mantap boskuh!" Sahut Kevin.

"Menyala Abang Javier!"

Javier masih menunggu waktu yang pas untuk menghampiri Yasmina dan sepertinya waktunya bukan saat di sekolah. Mungkin Minggu depan Javier akan menemui Yasmina di rumah sakit.

Saat mereka bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba di luar sekolah mereka terjadi keributan. Tak lama setelah itu sekolah mereka dilempari batu dari luar. Seketika pikiran Javier tertuju pada Yasmina, bagaimana kalau cewek itu belum pulang dan sedang menunggu jemputannya di halte depan?

"Gue cabut dulu! Kev, kalau gue belum balik bawa motor gue!" Javier menyerahkan kunci motornya pada Kevin sebelum melesat pergi.

"Jav, Lo mau kemana? Bahaya diluar!" Lian memperingatkan namun sepertinya Javier tidak mendengar.

"Sembunyi dulu! Bahaya disini!" Ajak Danu dan diikuti oleh yang lain.

Pintu gerbang sudah dikunci oleh pak Adi, satpam sekolah saat Javier akan keluar dan Javier juga sudah ditahan agar tidak meninggalkan sekolah. Namun bukan Javier namanya kalau dia tidak bisa keluar sekolah, Javier beralasan pacarnya anak SMA sedang menunggunya di halte dan dia mengatakan kalau hanya ingin menyelamatkan pacarnya itu. Pak Adi percaya dan akhirnya membukakan pintu untuk Javier.

Benar tebakan Javier kalau Yasmina ada di halte, tak mau pikir panjang, Javier segera menghampiri Yasmina. Javier tahu kalau cewek itu terkejut melihat kehadirannya namun saat ini bukan saatnya untuk menjelaskan apa maksud dan tujuan Javier menemuinya. Javier meraih tangan Yasmina dan mengajaknya berlari untuk menyelamatkan diri. Keselamatan cewek itu lebih penting sekarang.

Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada mereka berdua, Yasmina terjatuh sementara Javier terkena lemparan batu saat hendak menolong Yasmina. Setelah itu Javier tidak ingat apa-apa lagi, dia masih mendengar Yasmina berteriak meminta tolong tapi mata Javier terlalu berat untuk terbuka.

 Setelah itu Javier tidak ingat apa-apa lagi, dia masih mendengar Yasmina berteriak meminta tolong tapi mata Javier terlalu berat untuk terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ineffable |Ataksia; What If| °HaeSelle°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang