:: Bagian Enam ::

58 10 1
                                    

Setelah mengantar Yasmina pulang, Javier menyempatkan diri ke rumah Kevin dimana teman-temannya masih berkumpul disana. Mereka sedang mengerjakan tugas, bukan tugas kelompok sebenarnya tapi mereka memang suka mengerjakan tugas bersama dengan Javier yang menjadi guru mereka. Javier sering menjelaskan ulang jika ada teman-temannya yang belum paham dengan penjelasan guru di sekolah.

Alih-alih mengerjakan tugasnya, Javier memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang Kevin karena posisinya mereka sedang berada di kamar Kevin. Melihat hal itu membuat teman-temannya heran padahal Javier baru saja mengantarkan crush nya pulang.

"Gue ngomong kayak gitu tadi salah nggak sih?" Tanya Javier entah pada siapa.

"Lo ngomong apa emangnya, kalau tanya itu yang jelas!" Sembur Lian.

"Ini gue juga bingung cerita ke kalian darimana."

Gini deh, Lo mau cerita soal apa emangnya? Yasmina ternyata udah punya cowok?" Tebak Sony asal.

"Beneran? Cowok yang suka sama dia di perpus itu?" Yuda juga ikut menebak.

"Bukan, tuh cowok emang suka sama dia tapi dia nggak suka! Satu sekolah gosipin mereka berdua dan kemarin heboh pas gue jemput dia di depan halte. Nggak tau gimana ceritanya yang jelas hari ini dia bohong sama gue, dia nggak sakit, dia nolak gue anter pulang hal itu dibenarkan sama kak Ayu pas gue tanya apa bener si Yasmina sakit."

"Kalau cuma heboh doang nggak mungkin sih, kayaknya teman-teman dia ngomong yang aneh-aneh soal dia. Tadi aja dia nggak ke perpus kan?" Sahut Danu, memang cuma Danu yang otaknya agak benar diantara mereka semua.

"Nah itu!" Javier sampai bangun dari rebahannya, "tadi pas gue nyamperin dia, gue juga denger banyak yang ngomongin dia. Gue nggak terlalu denger jelas sih, tapi gue denger sedikit kalau mereka ngatain Yasmina sok kecentilan deketin si ketua basket itu!"

"Ketua basket? Cowok yang suka sama dia anak basket?" Tanya Vasco karena Javier belum cerita soal kapten basket ini.

"Iya, siapa namanya gue lupa! Terus karena gue kesel denger itu, gue bilang aja kalau gue pacar Yasmina. Gue juga bilang ke mereka buat nggak ngata-ngatain Yasmina, kalau mau katain gue aja jangan dia. Gue salah nggak sih ngomong gitu? Gue baru kepikiran gimana kalau dia makin dibully nanti!"

"Ya elu nya kenapa ngomong gitu, Oon?" Geram Lian.

"Gue kesel, gue spontan ngomong gitu!"

"Bener sih, orang oon sama orang jatuh cinta itu beda tipis!" Cibir Cakra.

"Ya sekarang gue tanya, kalau kalian diposisi gue, apa kalian akan diam aja denger cewek yang Lo suka diperlakukan kayak gitu?"

"Gue diemin, tapi gue kasih jari tengah!" Sahut Sony.

"Gue siswa teladan ya nggak kayak Lo!"

"Respon Yasmina gimana pas Lo ngomong gitu? Marah nggak dia?" Tanya Kevin.

"Dia diem aja sih pas gue bilang kayak gitu, terus pas dijalan dia minta maaf karena udah bohong sama gue. Habis itu dia balik ceria lagi sih, anaknya emang cerewet."

"Syukur deh kalau dia nggak marah gara-gara Lo ngomong gitu!" Vasco lega mendengarnya.

"Ya karena sebelumnya dia bilang kalau dia lagi manfaatin gue supaya nggak digosipin lagi sama tuh kapten basket!"

"Jav, liat deh!" Lagi-lagi Cakra menyodorkan ponselnya pada Javier, entah bagaimana ceritanya cowok satu itu mengetahui banyak akun anak SMA.

"Lo dapet akun anak SMA depan darimana dah?" Tanya Yuda penasaran.

"Punya hape itu dipake yang bener jangan buat mesum sama judi online terus!" Cibir si pemilik ponsel.

Javier tak banyak bicara, cowok itu membaca komentar-komentar pada akun yang memposting fotonya di depan halte kemarin. Semua komentar itu menyudutkan Yasmina, tidak ada satupun yang membela Yasmina. Yang ada mereka semua membela Juvenal dan meminta Juvenal untuk menjauhi Yasmina.

Ineffable |Ataksia; What If| °HaeSelle°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang