Aluna berusaha tampil cantik dengan memakai dress batik selutut berwarna kuning membuatnya terlihat semakin bersih. Ardhan memintanya datang di prosesi wisudanya. Ardhan memberi Aluna undangan istimewa yang Ia minta kepada panitia. Seharusnya undangan itu akan Ardhan berikan pada adiknya tapi karena adiknya tidak bisa datang akhirnya Ia berikan pada Luna.
Ia tidak memakai riasan apapun hanya menata rambut panjangnya agar terlihat lebih rapi. Ia mengurly ujung rambutnya dan membiarkannya tergerai. Luna membawa tas selempang kecil agar tak terlihat berlebihan.
Ardhan sudah menunggunya lebih dulu di depan gedung pusat serbaguna kampus. Ia menunggu bersama Bapak dan Ibunya. Ardhan yang melihat Luna kebingungan mencari keberadaannya akhirnya berlari mendekati Luna. Ia memegang lengan Luna dari belakang.
"Aluna. Aku disni." ucap Ardhan tepat di dekat telinga Luna yang membuatnya seketika merinding. Karena memang suasana ramai jika tidak dengan suara kencang ataupun mendekat Luna tidak akan mendengarnya.
Luna menoleh merasa lega menemukan Ardhan. Ia tersenyum bahagia.
"Maaf ya agak lama. Tadi aku masih cari parkiran yang agak jauh, rame soalnya."
"Nggak apa-apa Aluna. Ayo ikut aku. Ayah sama Ibu udah nunggu disana."
Luna langsung mengikuti langkah besar Ardhan. Karena suasana ramai di depan pintu masuk Ardhan menggandeng Luna. Genggaman tangannya lebih hangat dan seolah ingin melindungi Luna.
"Aluna. Ini Ayah dan Ibuku."
Luna dengan sigap menyalami kedua orang tua Ardhan dan tersenyum lebar."Saya Aluna Om Tante." sapa Aluna seramah mungkin.
"Ternyata aslinya jauh lebih cantik dari di foto ya Dhan." celetuk Ibu Ardhan tanpa basa-basi yang membuat Luna jadi malu.
Ardhan melihat gadisnya ikut tersenyum. Kenapa Ia hari ini sangat cantik sekali.
"Jangan digodain dong Bu. Dia jadi malu itu." Sahut ayahnya mencoba mencairkan suasana. Ternyata keluarga Ardhan juga ramah dan baik.
Mereka masih melanjutkan obrolan-obrolan kecil seputar kuliah Aluna.Tak lama panitia segera menginteruksikan untuk para wisudawan dan tamu undangan masuk. Ardhan sudah masuk terlebih dahulu bersama teman-teman yang lainnya. Luna dan kedua orang tua Ardhan menyusul di belakang karena pintu masuk ruangan untuk keluarga berbeda dengan para wisudawan.
Acara berlangsung lancar dan juga hikmat dilanjutkan dengan banyak sambutan-sambutan dari para petinggi kampus. Luna yang duduk tepat di sebelah ibu Ardhan mulai sedikit bosan. Ia tak sabar segera melihat Ardhan diwisuda.
Kini saatnya proses wisuda dilaksanakan. Luna sangat antusias mendengar satu persatu nama yang di panggil maju dihadapan rektor untuk dipindahkan tali toganya. Sama halnya dengan kedua orang tua Ardhan, mereka berdua tidak sabar menunggu anaknya melakukan prosesi itu.
Akhirnya nama Bagus Ardhana Dananjaya dipanggil. Ia melangkah dengan percaya diri dan tetap tersenyum. Luna sangat bahagia melihatnya, walaupun Ia hanya menemani beberapa bulan saja rasanya sangat terharu sampai pada tahap ini.
Saat pembacaan mahasiswa lulusan terbaik, nama Ardhan disebut lagi dan dipanggil maju untuk menerima penghargaan. Luna menoleh melihat kedua orang tua Ardhan, betapa bangganya mereka.
Mata Ibu Ardhan berkaca-kaca, Luna melihatnya juga ikut terharu. Dalam batinnya, Ibu Ardhan ini yang sedang bersamanya adalah orang yang selama ini mendoakan kesuksesan anaknya. Luna semakin yakin perjuangan Ardhan untuk mengejar mimpinya harus tetap berlanjut. Mimpinya ini juga untuk orang yang selalu Ardhan sayangi. Apalah penting kehadiran Luna selama ini Ia hanya menemani Ardhan beberapa bulan saja melewati prosesnya. Tapi setelah melihat Ibu Ardhan Ia semakin yakin kisah cinta mereka masih terlalu dini. Benar, lebih baik Ardhan memang harus mengejar mimpinya ke London.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sunset
Romance"Aku belum pernah berpacaran sebelumnya Kak. Dan Aku juga tidak tahu caranya menjalani hubungan jarak jauh. Bukankah itu sulit untukku ?." ~ Aluna Pradipta ~ "Maafkan aku Aluna karena aku juga nggak bisa janjiin kamu apapun. Aku akan sekolah dan bek...