Aluna berdiri di depan cermin sambil tersenyum memandangi pantulan dirinya sendiri dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Kebaya brukat putih dengan motif bunga yang menjuntai indah ditaburi mutiara dan kilauan swaroski membuatnya tampak elegant. Dipadukan dengan kain batik tulis asli Solo yang melilit di kaki jenjangnya.Kebaya dengan model itu pas sekali dikenakan pada tubuh proporsional Luna. Raya sahabat Luna sekaligus desainer terkenal yang merancangnya. Raya tahu apa yang diinginkan sahabatnya itu untuk hari terbaik di dalam hidupnya karena dulu Raya pernah berjanji pada Luna pada saat nanti Luna menikah, Raya akan membuatkannya baju.
"Sumpah, ini indah banget Ray" kata Luna lalu memeluk Raya.
"Anggap aja baju ini aku Lun, itu artinya aku yang sedang memeluk kamu juga. Nanti pas akad jadi kamu gak nerveous karena aku ikutan meluk kamu". Kemudian mereka tertawa bersama."Fix, yey cantik banget sih neik. Sempurna Perfecto!! " , tiba-tiba suara kemayu itu membuyarkan pelukan mereka berdua. Toro sang MUA hitz yang dipilih Luna untuk memoles wajah cantiknya.
"Yey itu aslinya sudah cantik dari jebrot, putih, tinggi, langsing. Pokoknya cucok meong. Jadi make up nya pantes yg nactural ginih, auranya keliatan. Duhhhh senyumnya neeeiikk"
"Apaan sih Toro bisa aja" balas Luna sambil tersipu
"Teresa say Teresa!! "
"Makasih juga ya Teresa sudah buat aku jadi cantik gini. Tanganmu memang magic"
"Sama-sama neik. Tau tidak kalau nanti mas Harris lihat pasti bakal terkewer-kewer langsung sama yey. Abis akad dese liat senyum yey langsung meleleh dan gak usah nunggu lama-lama langsung gas pol rem pol. Jadi pengen kewong cyinnnnn".
Luna, Raya dan Toro ikutan tertawa bersama.Suara ketukan pintu dari luar kamar membuat mereka bertiga terdiam sebentar
"Dek, sudah selesai belum?. Kayanya Harris dan keluarganya sebentar lagi mau nyampek !" tanya Bima, kakak Luna.
"Sudah kok Mas, sebentar lagi. Tinggal pakek sepatu"
Kemudian Bima masuk dan memandangi adiknya. Adik kesayangannya itu sebentar lagi akan menjadi milik orang."Wah.. Adik Mas cantik sekali, Mas jadi nggak rela kamu bakal dimiliki orang lain", goda Bima. Luna pun mencubit perut kakaknya yang selalu saja menggodanya itu.
"Ini hasil karya Teresa lho Mas Bima sakti mandala cakrwala ulala. Jadi secara tidak langsung Mas lagi mengagumi eike kan Mas? " sahut Toro sang pria kemayu sambil mengedipkan mata pada Bima.
Bima yang sudah tahu kelakuan Toro langsung menggelengkan kepala dan segera berlari, sebelum Toro menikamnya."Loh Mas !! Mas Bima ulala kemana cyin? Adek kok ditinggal disindang. Duh ngeri ya lihat Mas Bima pake beskap itu. Berasa pengen dipeluk deh Teresa", Toro yang ekspresinya seperti ditinggal sang kekasih.
"Udah udah ayo fokus !!. Toro jangan bercanda terus " Raya melotot.
"Iya tuan putri Soraya Maharani, yuk ah beib Luna kesindang mau Teresa finishing nih. Biar nanti waktu air mata keluar abis akad make up nya tetap tegak paripurna".
Luna menuruti dan kembali duduk didepan meja rias. Toro sesekali mengoleskan entah apa diwajah Luna.
"Raya boleh minta tolong ! " Luna yang tidak bisa bergerak karena wajahnya masih di poles Toro.
"Apa Lun? "
"Tolong ambilin sepatuku yang warna putih di dalem lemari dibagian atas Ray! " Luna berbicara dengan Raya lewat pantulan cermin.
Raya menuju lemari yang dimaksud Luna. Raya membukanya dan melihat ada banyak kardus sepatu di bagian atas.
"Kotaknya warna abu-abu Ray, agak kecil gitu! "
Raya yang tidak mengerti maksud Luna pun mencari sambil berjinjit, karena kotak warna abu-abu itu ada banyak.
"Yang kemarin beli sama kamu itu lo. Masak kamu lupa sih Ray? "
Raya menurunkan kotak satu persatu dan membukanya. Tapi dia belum menemukannya.Akhirnya Raya pun frustasi, "Mana sih Lun ! Enggak ada gitu !!.
Toro yang ikut risih karena Raya belum juga menemukan sepatu yang di maksud Luna rela mengehentikan polesan brushnya pada pipi Luna.
Luna berdiri dan menuju Lemari, dia berjinjit sambil mengamati dimana kotak sepatu itu berada. Seingatnya setelah membelinya Luna langsung menaruhnya di dalam lemari bagian depan.
Tangannya bergelayut dibagian atas sambil terus mencari."Kok bisa dibelakang sana. Pasti mbak Rahmi abis bersih-bersih terus di pencarin. Kan susah ambilnya! ", Luna pun menggerutu tidak jelas.
Tangan panjangnya tidak mampu menggapai kotak itu, dia harus berusaha lebih lagi supaya bisa mengambil kotak yang agak menjorok ke dalam. Dengan sekuat tenaga akhrinya dia mengambil kotak itu. Raya harus mengambil kotak warna biru dulu baru bisa mengambil kotak abu-abu karena posisi kotak itu bertumpuk tiga. Tiba-tiba kardus diatasnya terjatuh semua dan menimpa kepalanya. Sepatu dan barang-barang di dalam kotak itu keluar semua berserakan di lantai. Luna mengaduh memegangi kepalanya yang terkena kotak sepatu sambil perlahan berjongkok untuk mengambil sepatu hak tinggi yang akan dipakainya, Raya dan Toro langsung menghampiri Luna."Kepala yey gak apa-apa say?". Luna tidak menjawab.
"Lun, kepala kamu ndak sakit kan? "tanya Raya lagi memastikan sambil ikut berjongkok di samping Luna.
Raya melihat sahabatnya itu malah diam seperti melamun melihat barang-barang yang berserakan akibat kotak sepatu itu jatuh. Lama Luna memandanginya sampai tepukan dibahu Luna membuat dia kaget."Lun? Kamu kenapa? Ayo dipake sepatunya. Nanti Barang-baragnya biar diberesin sama mbak rahmi"
Luna tetap masih diam sampai Raya melihat barang apa saja yang terjatuh dari dalam kotak sepatu itu.
Luna mengambil salah satu barang berserakan itu lalu memandanginya lama."Lun, ada apa? " tanya Raya lagi dengan penasaran, Toro yang di sampingnya juga tidak tau apa yang terjadi pada Luna yang tiba-tiba jadi diam dan melamun.
Luna menunduk memperhatikan barang yang dipeganginya, bunga kering yang sudah layu diperkiran itu sudah sangat lama."Luna?".
Mereka berdua saling memandang, sorot mata Luna seakan sudah menjawab pertanyaan Raya.
Pandangan Luna sekarang lurus ke depan, seperti sedang menerawang jauh.
Mata luna berkaca-kaca."Aku rindu dia Ray"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sunset
Romance"Aku belum pernah berpacaran sebelumnya Kak. Dan Aku juga tidak tahu caranya menjalani hubungan jarak jauh. Bukankah itu sulit untukku ?." ~ Aluna Pradipta ~ "Maafkan aku Aluna karena aku juga nggak bisa janjiin kamu apapun. Aku akan sekolah dan bek...