3

122 7 0
                                    

Bakti Sosial pembersihan pantai ini sudah dilakukan selama lima tahun belakangan dan selalu ditunggu oleh mahasiswa baru di kampus. Luna sangat menyukai kegiatan sosial sejak dia duduk di bangku SMP. Dia sangat antusias karena orang tuanya juga mengajarinya bahwa berbuat baik itu harus.

Luna begitu beruntung dilahirkan oleh kedua orang tuanya ini. Mereka berdua sangat menyayangi anak-anaknya Aluna dan Bima kakak laki-lakinya. Papa dan mamanya dari kecil sudah hidup berkecukupan tanpa kekurangan sehingga Bima dan Aluna selalu mendapatkan apapun yang mereka mau sejak masih kecil. Tetapi itu tidak menjadikan anak-anaknya manja karena mereka selalu mengajarkan kedisplinan dan mengingatkan untuk selalu berbuat baik kepada semua orang.

"Suatu saat jadi apapun dan dimanapun kalian berada. Bermanfaatlah bagi orang-orang yang ada disekitarmu," tutur papanya kala itu. Luna ingat betul petuah itu. 

Termasuk kegiatan bakti sosial ini Papa dan Mamanya selalu mendukung apapun kegiatan postitif yang dilakukan oleh anak-anaknya. Kesibukan kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai dokter tidak membuat Luna dan Bima haus kasih sayang. Papa Mamanya selalu mengikuti perkembangan zaman anakya karena mereka yakin anaknya mampu bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang mereka ambil.

Dan disinilah Luna berada di tempat yang dinantinya. Luna bertugas mengambil gambar bersama Tio dan Rafi. Mereka sudah berdiskusi di awal untuk saling membagi tugas.Tio maupun Rafi sangat fleksibel untuk dijadikan partner kali ini, mereka berdua sudah paham jobdesk masing-masing. 

Setelah menyetting kameranya, Luna mulai mengambil semua kegiatan dari awal hingga akhir. Ia tak mau kehilangan moment tersebut. Ia mengambil semua gambar teman-temannya yang sedang membersihkan pantai, beberapa warga yang membantu dan juga pengunjung pantai. 

Terik matahari menyengat membuat Luna harus ekstra menjaga kulitnya dari paparan sinar matahari. Luna yang sangat prepare dengan segala sudah menyiapkan sunblock juga di dalam tas kecilnya. Tak lupa Ia juga memakai topi agar saat melihat hasil jepretan dari kameranya tidak terlalu silau. 

Kegiatan ini memakan waktu yang cukup lama dikarenakan pantai yang mereka datangi begitu luas. Sebenarnya pantainya tidak terlalu kotor tetapi memang kurang sadarnya pengunjung setempat yang kadang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Mereka juga melakukan aksi sosialisai kepada warga setempat untuk memilah sampah. 

Luna membidik lagi dengan kameranya. Sesekali Ia juga melihat hasil jepretannya. Ia juga sempat melihat Raya bercanda dengan anak kecil dan bermain air lalu Ia menjepretnya. Masih sempat-sempatnya batinnya.

Berjalan agak jauh Luna menemukan sang ketua panitia Ardhan sedang berbincang dengan pihak pengelola. Ia menjepretnya  beberapa kali. 

Ardhan yang segera menyadari kehadirannya segera melambaikan tangan ke arah Luna meminta untuk bergabung. 

"Ini tim dokumentasi kita Pak. Namanya Aluna," Ardhan memperkenalkan Luna dengan sopan. 

Luna segera menjabat tangan Pak Hardi. 

"Nah, Aluna. Saya minta tolong untuk kamu mengambil video statement dari Pak Hardi tentang kegiatan sosial yang kita lakukan ini !," Ardhan berucap lugas. 

Luna yang mengerti maksud perintah Ardhan. Ia meminta waktu sebentar untuk mencari latar belakang yang bagus agar terlihat natural. Tak lupa Ia juga menyeting pencahayaan kameranya karena matahari sudah mulai berjalan ke arah barat. Itu tandanya sudah menjelang sore. 

Pengambilan gambar tidak memakan waktu yang lama karena percakapan Pak Hardi dan Ardhan memang percakapan yang santai. 

Luna mulai serius dengan kamera dan objek yang sedang dibidiknya. Sejenak Luna kagum dengan seniornya ini, pantas saja Ardhan mempunyai banyak pengagum. Menurutnya Ardhan baik, ramah, lugas, pintar dan ya tampan. 

Setelah melakukan sesi itu Ardhan mengucapkan terima kasih dan Pak Hardi segera meninggalkan mereka berdua. Mereka saling bertatap sebentar kemudian tersenyum. 

"Terima kasih banyak Aluna," ucap Ardhan tulus. Luna menangguk sopan. 

"Sama-sama Kak. Saya juga berterima kasih karena ini pengalaman baru lagi untuk saya," ucap Luna tak mau kalah. 

Keduanya terdiam beberapa saat. Luna terlihat tidak nyaman karena hanya tinggal mereka berdua saja. Luna akan berucap untuk segera pergi tetapi Ardhan sudah membuka pembicaraan kembali.

"Boleh saya lihat hasilnya Aluna?,". 

"Boleh Kak. Sebentar,". 

Sejurus kemudian Luna membuka lagi foto dan video yang Ia ambil. Ardhan mendekat kepada Luna untuk melihat, Luna bergeser sedikit untuk memberi ruang agar Ardhan bisa melihat hasilnya. 

Terlihat mereka berdua begitu dekat. Karena Luna hanya diam mematung tidak tahu akan berbicara apa. Ia memberanikan diri untuk menoleh ke arah Ardhan. 

Tatapan Ardhan sedang fokus pada kameranya. Baru kali ini Ia melihat dengan jelas wajah Ardhan. Seperti mesin scan wajah, Luna menganalisa wajah Ardhan. Semua yang ada pada Ardhan pas. Mulai dari postur tubuh, wajah, mata, alis, hidung, bibir dan kulitnya. Semua tidak terlalu menonjol tapi mampu membuat aura kharismatik Ardhan keluar.

Seakan sadar apa yang sedang dilakukan Luna, Ardhan menoleh untuk memastikan dengan matanya seolah Ia bertanya ada apa. Tapi Luna tak kunjung sadar  akhirnya Ardhan mengibaskan tanganya di depan wajah Luna. 

"Aluna !. Ada apa dengan wajahku?," tanya Ardhan yang akhirnya membuyarkan lamunan Luna. 

Luna yang tersadar akhirnya merutuki kebodohannya sendiri. Apa yang barusan Ia lakukan, sangat lancang sekali memandang seseorang sampai sebegitunya. 

Ia tersenyum kikuk dan menggeleng. 

"Tidak apa-apa Kak. Maaf-maaf " ucap Luna pada akhirnya sambil mununduk. 

Ardhan tersenyum. Kenapa wajah gadis ini memerah dan salah tingkah batinnya.

Luna segera mengedarkan pandangan di sekitarnya yang terpenting tidak mengarah pada Ardhan lagi. Ia sangat malu. 

Acara sudah selesai, teman-temannya sudah menepi untuk mulai beristirahat. Tidak terasa langit sudah berwarna oranye. Dari kejauhan matahari perlahan berjalan menenggelamkan diri. 

Tidak ingin kehilangan momen itu. Aluna segera mengambil gambar sunset dari bibir pantai. Sungguh indah batinnya. 

Ardhan maupun Luna saling berdiam diri menikmati suguhan alam yang sangat indah. Tanpa mereka sadari dari kejauhan seperti siluet sepasang kekasih yang sedang menikmati sunset bersama. 

Tidak ada yang tahu apa yang mereka berdua pikirkan tetapi disaat yang bersamaan Ardhan maupun Aluna senang karena mereka mempunyai teman baru yang tidak sengaja untuk melihat matahari tenggelam.

Sungguh pemandangan yang indah. 

Second SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang