2

129 7 0
                                    

"Aku kira semua sudah berjalan sesuai apa yang aku inginkan. Tapi ternyata pintu hatiku masih terbuka untuk orang yang pertama menghuninya.
Dia benar-benar tidak pergi.
Aku yang salah, ketika masih menyimpan angan-angan itu.
Dia adalah bagian yang pernah mengisi lalu hilang dari pandangan mataku.
Dengan gigih dia mengejar mimpinya,  meninggalkan aku sendiri dalam ruangan yang tidak pernah aku kunjungi.
Aku rasa aku sudah tidak menunggunya.
Tapi jantungku lebih kencang berdetak saat aku mulai mengingatnya.
Pada akhirnya dia masih ada."

Aluna Pradipta

'flashback'

"Gimana Za semua panitia sudah kumpul?", Ardhan ketua panitia pelaksana kegiatan Bakti Sosial bertanya kepada Reza yang bertugas sebagai seksi acara.

Reza menangguk dan menyerahkan selembar kertas daftar hadir panitia Bakti Sosial, Ardhan melihat sekilas ada dua orang yang belum mengisi artinya belum semua panitia hadir.

"Cuma kurang 2 orang Dhan, bisa kita mulai sekarang saja. Yang lainnya biar menyusul !"

"Kurang dua orangpun kita tidak akan memulai rapat ini Za, ini rapat final !" tegas Ardhan karena menurutnya rapat final ini sangat penting mempenagruhi kinerjanya untuk para panitia.

"Nah, itu mereka berdua" tunjuk Reza dengan dagunya mengarah ke ujung lorong ruangan, Ardhanpun menoleh.

Dari lorong tempat mereka berdiri ada dua orang perempuan berlari kencang. Satu perempuan berbaju putih yang lari agak belakang sedikit tertinggal oleh temannya yang berbaju kuning di depannya, diapun mendadak tidak bisa mengerem saat pintu ruangan sebelah aula terbuka dan terdorong kedepan saat seseorang juga akan keluar dari ruangan tersebut. Akhirnya perempuan itu kaget dan membentur pintu.

Tau apa yang sedang terjadi di depan mata Ardhan dan Reza, mereka berdua segera menghamipiri perempuan yang menabrak pintu.

Untung perempuan itu tidak pingsan, dia memegangi dahinya yang terbentur sambil mengaduh kesakitan.

Ternyata seorang dosen yang membuka pintu tersebut juga sama kagetnya.

"Kamu tidak apa-apa kan ?" tanya dosen itu dengan panik

"Cuma sedikit pusing Pak, maaf saya yang salah terlalu kencang berlari" kata perempuan itu masih tetap menunduk memegangi kepalanya.

"Ya sudah lain kali kamu harus berhati-hati ya"

"Iya pak"

Tanpa disadari perempuan itu, mahasiswa lainnya yang juga keluar dari ruangan ikut melihat kejadian tadi, mau tidak mau perempuan itu makin menunduk karena malu. Bisanya dia berlari sampai menabrak pintu, mungkin sakitnya tidak seberapa tapi malunya setengah mati.

"Luna kamu gak apa-apa kan ?. Apanya yang sakit ? . Kok bisa sih nabrak pintu ?" tanya perempuan berbaju kuning dengan paniknya, Ardhan dan Reza menyusul dibelakangnya.

"Tanya satu-satu dong !. Yang jelas ini sakit" jawab perempuan itu makin menunduk lesu sambil memgangi hidungnya.

"Kalian berdua panitia bakti sosial kan dari fakultas ekonomi ?" sela Reza tanpa basa-basi.

Mereka berdua mengangguk.

"Ya sudah segera masuk karena rapat sebentar lagi dimulai !"

"Untuk kamu !. Siapa nama kamu ?" lanjut Reza sambil menunjuk kearah perempuan berbaju putih yang barusan menabrak pintu.

"Luna Kak, Aluna namanya !" jawab temannya berbaju kuning

"Lalu kamu siapa ?" Reza kembali bertanya

Second SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang