keluargaku,
Naruto sedikit lupa kapan terakhir kali dia menginjakkan kakinya dikediaman keluarga besarnya ini, halaman luas dengan berbagai tanaman hias disana selalu terawat sejauh ingatan Naruto. Dia tumbuh dan besar di rumah ini, banyak kenangan manisnya bersama ayah dan ibunya terjalin di tempat ini.
Keinginan Naruto sangatlah sederhana, dia hanya ingin hidup bahagia bersama orang tuanya, menyelesaikan kuliahnya dengan tenang kemudian lulus dan ikut membantu ayahnya dengan bekerja di prusahaan keluarga.
Pada dasarnya Naruto bukanlah anak yang hedon, meski dia dari keluarga berkecukupan dan termasuk keluarga kaya di kota ini, namun dia bisa dibilang hidup biasa-biasa saja apalagi kalau dibandingkan dengan kedua adik tirinya, dia selalu mengerjakan kewajibannya sebagai anak tertua sekaligus kakak dari dua orang adiknya, tidak sekalipun menganggap mereka sekedar adik tiri baginya.
Walau nilai kuliahnya bisa dibilang biasa-biasa saja, namun sejauh ini ayahnya cukup puas dengan dirinya. Setelah kepergian ibunya saat dirinya masih kecil dulu Naruto selalu beranggapan kalau keluarganyalah satu-satunya tempat dia akan pulang, satu-satunya tempat dia mengadu dan satu-satunya yang bisa dia percaya didunia ini.
pemikiran itu selalu tertanam kuat didiri Naruto hingga sekarang, meski dia dengan jelas mengetahui situasinya bersama Sasuke disebabkan oleh ayahnya sendiri, pada akhirnya dia masih mementingkan keluarganya ketimbang orang asing seperti Sasuke dan setelah menyelesaikan apa yang harusnya dia selesaikan demi prusahaan keluarganya Naruto memutuskan pulang kembali kekeluarganya.
Cukup lama Naruto berdiri didepan gerbang rumahnya, menekan bell disana sampai akhirnya seorang satpam menghampirinya dan segera membukakan gerbang untuknya, Naruto menarik kopernya perlahan dan meminta tolong untuk dibawakan tas dipunggungnya sampai pintu depan.
si satpam mengiayakan permintaan Naruto yang kemudian juga membawakan koper milik sipirang hingga mereka berdua sampai didepan pintu masuk kediaman Namikaze.
Setelah membuka pintu Naruto sekilas mendengar keributan dari arah ruang keluarga, canda tawa dan sesekali akan terdengar juga gurauan yang saling bersahutan.
Naruto tersenyum tanpa sadar, membiarkan satpam tadi meletakkan tas juga koper miliknya begitu saja didekat pintu dan Naruto sendiri berjalan kearah ruang keluarga yang sedang semarak itu, melebarkan pintu hingga terbuka sepenuhnya dan dengan senyum manisnya sipirang menatap semua orang.
ditengah ruangan dengan sofa empuk yang dijejerkan melingkari satu meja kaca besar, duduk berurutan, ayahnya yaitu Minato Namikeze, lalu ibu tirinya yaitu Ino kemudian kedua adiknya Naruko dan Boruto juga pamannya Pein Namikaze yang merupakan saudara satu-satunya dari ayah Naruto sendiri dan teman pamannya yang bernama Hidan.
Semua orang menoleh kearah pintu yang terbuka dan terlihatlah sosok pirang disana, Pein sendiri kemudian menyambut keponakannya itu dengan suka cita, lelaki itu berdiri menghapiri Naruto merangkul pundak sipirang dan membawanya duduk pada satu sofa.
Saat itu Naruto sungguh dikelabui oleh rasa bahagianya karena akhirnya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya sampai melupakan satu fakta, bagaimana suasana disekitarnya menjadi berubah sejak dia datang dan berkumpul ditengah-tengah mereka.
Suasana hangat itu menjadi dibuat-buat, canda tawa yang tadi terdengar juga beberapa gurauan yang orang-orang ini lemparkan satu persatu.
"kak Naru pulang kenapa nggak ngasih tahu sebelumnya? aku kangen kak Naru..." Naruko berdiri lalu pindah kedekat kakak tertuanya itu, memeluk gemas lengan sang kakak yang tentu saja begitu bahagia diperlakukan dan disambut baik olehnya.
"em baguslah kau pulang, kami baru selesai makan malam, kalau lapar mintalah sesuatu kepada pelayan...." timpal sang ayah.
Lelaki itu masih dengan tenang menyesap tehnya, menatap lekat kearah sang anak tertua.

KAMU SEDANG MEMBACA
putar balik || sasunaru
FantasyNaruto terbangun dan menemukan dirinya secara ajaib kembali kekehidupannya lima tahun sebelum dirinya meninggal kelaparan dirumahnya sendiri, dia terbangun dirumah mewah yang dulu selalu dia anggap penjara dan begitu dia benci, begitu juga pemilik r...