BAB VIII

2 0 0
                                    

"Akhirnya ...."

BELLA, cewek yang kata Ivan lagi deket dengan Edwin, Nike emang nggak terlalu mengenal Bella namun karena Bella merupakan anggota OSIS jadi nggak heran kalo namanya cukup dikenal, walaupun orangnya cukup pendiam.

Cemburu padahal bukan siapa-siapa.

Itu kata yang tepat untuk Nike yang lagi cemburu sama Edwin dan Bella, kejadian itu masih hangat di otaknya.

Nike yang masih penasaran dengan Bella, dan dengan kemampuan intelnya dia ngestalk semua akun media sosial milik Edwin mencari sesuatu. Tapi sayang akun media sosial yang dituju milik Bella ternyata akun privasi. Dirinya nggak mau menyerah dan tetap mencari, mulai dari foto yang ditandai bersama Edwin, teman-teman satu kelas, sampai akun Instagram kelas IPA B dan Instagram OSIS, dan benar bisa dilihat dari cara dia berfoto dengan teman-temanya, Bella tipe orang yang pendiam dan pemalu.

Padahal nggak kenal dan Bella nggak mencari masalah, tapi Nike sudah muncul rasa nggak suka terhadapnya, typical cewek, kalo ada cewek yang deket-deket dengan gebetannya, bahkan misal hanya sebatas teman.

"Ih, cantik gue apa dia ya," cetus Nike.

"Siapa?"

Sosok Nino yang mengejutkan Nike muncul dan duduk di sebelahnya, tangannya membawa mangkok berisi mie rebus yang baunya membuat perut Nike jadi lapar.

"Nih kata lo cantik gak?" Nike menunjukkan ponselnya masih pada laman yang menunjukkan foto Bella, "Awas ati-ati ke like,"

"Hmm, cantik, kenapa?" jawaban Nino sepertinya bukan yang diharapkan oleh Nike, Nino tau itu, "Dia siapa si? Kok tanya gitu?"

Nike menggeleng.

"Pasti ada apa apa itu makannya lo nanya gitu, pacar gebetan lo? Atau siapa?" tanya Nino seolah bisa membaca pikiran adiknya.

"Bukan si, kepo banget lo," Nike menjulurkan lidahnya, dan dibalas dengan Nino yang tertawa kecil.

"Cantik tuh relatif Nik, Kalo kata gue lo cantik tapi kata gebetan lo nggak gimana?" kata Nino terdengar jahat, langsung menohok dan tentu saja membuat Nike kesal.

"Ih jahat banget lo sama adik sendiri."

Nino tertawa melihat tingkah adiknya yang kayak anak kecil "Dih manyun,"

Nike masih diam, ngambek.

"Jangan ngambek dong, nanti makin jelek,"

Nino mencoba membujuk adiknya yang lagi ngambek, Nike sebenarnya nggak ngambek beneran itu hanya akal-akalan biar mie rebus milik Nino yang belum dimakan itu bisa untuknya.

"Oke, Nike gue gak ngambek, tapi." Nino menunggu Nike melanjutkan perkataannya. "Mie rebus abang buat gue," lanjutnya dengan cengiran.

Tapi Nino nggak mau menyerahkan mie rebus yang ia bikin semudah itu, ia mengangkat sendok di dalam mangkoknya, kemudian sendok tersebut dijilati, lalu diletakkan kembali di dalam mangkoknya. "Yaudah, nih." Nino menyodorkan mangkok mie rebus tersebut.

Nike yang menyaksikan abangnya melakukan hal tadi menyeringai jijik dan menolak, nggak jadi merampas mie rebus abangnya, Nike yang nggak bisa menahan laparnya itu pun berdiri dan menuju ke dapur sambil misuh-misuh, sementara abangnya tertawa dan kembali menyantap makanannya yang sempat tertunda sambil menonton acara kesukaannya, kartun di hari weekend, padahal usianya sudah hampir menginjak 22 tahun.

Nike mengisi panci dengan air galon, meletakkannya di atas kompor yang kemudian dinyalakan. Dirinya lalu duduk di kursi meja makan sambil menunggu airnya mendidih, tangannya merogoh saku celana mencari benda pipih yang biasa disebut ponsel.

Second ChancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang