BAB IV

23 1 0
                                    

"Tidak seperti yang terlihat, kan?"

GIO berjalan beringan dengan temannya, Ivan menuju suatu tempat. Meninggalkan Edwin yang masih di kelas.

"Gue sengaja nyuruh lo ngikut gue, sebelum terjadi baku hantam antara lo dan Bella," ucap Gio membicarakan Bella, cewek yang tiba-tiba masuk kelas dan sekarang bersama Edwin di kelas.

Ivan hanya terkekeh, " Nggak gitu juga, Yo,"

"Ya biasanya lo kan ribut mulu sama Bella, apalagi tadi lo dikatain gitu,"

"Ribut gue sama dia gak pernah gue anggep serius kali, Yo. Gue juga tadi ini masih perih yang ada makin berdarah ribut sama dia," jelas Ivan sambil menunjuk luka di bibirnya.

Keduanya kini terkekeh bersama. Gio membuka pintu ruangan yang dingin, sunyi, dan nyaman.

"Ngapain lo? Tumben banget kesini?" tanya Ivan heran karena nggak biasanya Gio ke perpustakaan, Gio memang pintar tapi Ivan sendiri nggak pernah liat Gio belajar, kayaknya otaknya memang sudah didesain pintar dari sananya.

"Ketemu Uci," jawab Gio yang telah masuk dan mencari sosok Uci.

"Sejak kapan perpustakaan jadi tempat orang pacaran?" gerutu Ivan yang mengekor Gio berjalan menuju tempat Uci.

Sepertinya Ivan sekarang mulai senang diajak Gio ke perpustakaan, setelah melihat sosok cewek dengan rambut yang digulung keatas dengan jepitan rambut. Gio duduk di samping Uci sementara Ivan duduk di samping Nike dengan dibatasi 1 kursi di antara mereka.

Nike yang menyadari kedatangan kedua cowok tersebut, segera membetulkan posisi duduknya yang tadinya tubuhnya melorot kebawah sekarang tegak, memberi senyum tipis ke Gio dan Ivan.

"Tumben Ivan ngikut, beb?" tanya Uci pada Gio menggunakan panggilan beb-nya

Gio melirik Ivan sejenak dan menjawab, "Oh iya, minta ikut dia,"

Ivan menggelengkan kepala tanda Gio bohong, Gio dan Uci hanya tertawa kecil. Uci memang sudah akrab dengan Ivan, mengingat dia teman pacarnya.

"Eh tunggu, mata lo kenapa anjir bonyok gitu?" Uci melontarkan pertanyaan setelah meneliti wajah Ivan yang sedikit lebam.

Sontak membuat Nike yang dari tadi nggak bersuara disampingnya menoleh sesaat memperhatikan wajah Ivan.

"Oh ini, gak papa tadi kena sedotan salah masuk,"

"Anjir, yang bener aja lo,"

"Abis berantem dia , tau sendiri kamu," jelas Gio pada Uci

"Terus?" tanya Uci makin penasaran

"Terus ya nabrak, Ci" kata Ivan.

Uci menyesali nggak liat keributan yang tadi terjadi, dan mohon-mohon sama pacarnya untuk bercerita. Gio cuma bisa tertawa dan mencubit pipi pacarnya yang bulat dan merah itu gemas melihat tingkah manja Uci.

"Mon maap, mbak, mas, jangan bucin ditempat umum." Nike membuka suaranya karena enek atau lebih tepatnya iri dengan kelakuan dua sejoli yang sedang dimabuk asmara di depannya.

"Sirik aja lo ceker ayam," Gio tertawa sekaligus puas meledek Nike yang sekarang sedang manyun.

"Lo liat aja di Instagram, pasti banyak siaran ulang disono," kata Ivan menyuruh Uci, dan Uci segera membuka ponselnya dan mencari apa yang dikatakan Ivan.

Sementara Uci dan Gio sibuk dengan ponsel, Ivan kini memperhatikan cewek sebelahnya yang masih memperhatikan dua orang di depannya dengan tatapan aneh. Dirinya menyadari satu hal, botol dan sapu tangan miliknya diletakkan diatas meja, terlihat air mineral didalam botol itu tidak berkurang sama sekali, sedangkan ditangan Nike terdapat cup gelas kosong yang Ivan tebak bekas minuman es.

Second ChancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang