BAB I

58 1 0
                                    

"Apa iya, dengan cara ini dia bisa menarik perhatiannya?"

SUASANA ruang BK SMA Nusantara saat ini sepi, hanya suara detik jam mengisi kesunyian. Dengan pandangan bosan, ia meniup rambutnya yang berantakan. Untuk pertama kali dalam perjalanan SMA nya Nike dipanggil ke ruang BK, perasaannya menyatakan sesuatu akan terjadi. Entah baik atau buruk. Ia hanya duduk menunggu seseorang yang menyuruhnya datang ke sini.

"Oh kamu sudah datang rupanya." Nike langsung berdiri, cewek berambut ikal itu sempat melirik ke belakang punggung guru tersebut dan tertawa geli, Bu Amel tidak datang seorang diri, melainkan tangan kirinya menarik telinga seseorang, yang ditarik malah nyengir kuda seakan tidak melakukan kesalahan. Nike berhenti mengamati pemandangan itu setelah Bu Amel menyerahkan cowok aneh itu ke guru lain dan dipersilahkan duduk.

"Jadi, kamu tau alasan saya memanggil kamu disini?" Nike menggelang menjawab pertanyaan guru yang berada di depannya.

Bu Amel hanya menarik nafasnya panjang. "Kamu itu melanggar tata tertib pasal 2B," Mendengar hal itu sontak membuat Nike membelalakan matanya tak percaya. "Wajahnya biasa aja, ibu gak akan menghukum kalo kamu merubahnya,"

"Ta- tata tertib yang mana ya Bu?" ucap Nike mencoba tetap tenang.

Mata Bu Amel yang tajam memicing dan mendekatkan wajahnya ke arah Nike. "Kamu ini pura-pura gak tau atau emang gak tau?" Hal itu cukup membuat Nike ketakutan, ia bahkan tidak tau salahnya apa.

Nike mengangkat tangannya dan menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya. "Uhm- tapi saya beneran nggak tau Bu. Suer."

"Lain kali baca tata tertib! kalo perlu dihafalkan, dan kalo perlu lagi tata tertibnya difoto dan dijadiin wallpaper hp kamu." Beliau menyandarkan kembali punggungnya pada sandaran kursinya. Dagunya menunjuk ke arah rambut Nike.

Sejenak Nike berpikir. "Rambut saya salah, Bu?"

"Ya Tuhan kamu ini. Di sekolah ini rambut siswa nggak boleh dicat warna selain hitam! Ibu perhatikan sudah hampir satu minggu rambut kamu warnanya coklat." Nada bicara Bu Amel mulai meninggi tanda ia semakin kesal. "Besok rambut kamu harus hitam lagi!"

"Loh Bu, ini emang warna rambut asli saya," protes Nike tidak mau disalahkan.

Bu Amel tersenyum kecut mendengar pernyataan Nike. "Emang saya ini anak kecil yang bisa dibodohi?"

Nike memohon, walaupun ia tahu Bu Amel tidak akan memberikan toleransi apapun alasannya itu. "Ta- tapi ini coklat gelap kok bu, nggak keliatan,"

"Tidak ada alasan! Pokoknya ibu nggak mau tau, besok rambut kamu harus kembali seperti semula. Kalau tidak, lihat saja. Ibu akan beri kamu hukuman kalau perlu SP." Suara Bu Amel terdengar tajam dan berbahaya, penuh dengan peringatan dan terdengar seperti ancaman.

Nike mendengar suara tawa, walaupun suara itu lirih Nike yang dianugerahi mempunyai pendengaran yang tajam, ia dapat mendengar tawa itu dengan jelas. Matanya mencari sumber tawa itu. Nike menunduk malu dan orang itu pun langsung diam ketika mata mereka bertemu.

Rupanya dia.

Ia bukannya mendengarkan apa yang disampaikan guru yang berada di depannya, melainkan menguping pembicaran Nike dan Bu Amel.

"Heh! Kamu mendengarkan ibu tidak?" Nike lantas mengalihkan pandangannya kembali pada guru BKnya, terkejut.

"Iya Bu, besok saya semir hitam lagi," ucap Nike, setelah Bu Amel mempersilakan Nike kembali dan memberikan isyarat tangan agar Nike kembali ke kelasnya, Nike keluar ruangan tersebut dengan kesal.

Helaan nafas panjang keluar melalui hidung Nike, seharusnya ia tahu konsekuensinya, sebelum ia mengecat rambutnya. Cewek itu berjalan menuju kelas dengan hentakan kakinya yang cukup keras.

Second ChancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang