BAB V

23 1 0
                                    

"Masa SMA memang menyenangkan, apalagi kalo sedikit nakal."

"Kenapa sih, lo nyusahin banget?"

SEPERTINYA semesta sedang membiarkan siswa-siswi SMA Nusantara merasakan bahagia, siapa yang nggak senang kalau sekolah kita ternyata sedang ada acara sosialisasi kepala sekolah dan kepala yayasan swasta seluruh kota Jakarta. Tentunya hal ini membuat para guru sibuk menjadi tuan rumah, membuat kegiatan belajar mengajar terganggu alias jam kosong dari mulai kelas 10 sampai kelas 12. Nggak mau acara penting ini rusak, kepala sekolah SMA Nusantara menegaskan agar siswa siswi tidak keluar kelas walaupun nggak ada KBM, walaupun sedikit kecewa namun para murid tetap bersyukur nggak diberi tugas jadi tetap bisa santai-santai di kelas.

Terlihat beberapa kelas yang menggunakan waktu luang ini untuk nonton film bersama menggunakan proyektor kelas, ada yang mengendap-endap ke kantin, dan lainnya. Seperti kelas 11 IPS 4 sepertinya momen ini digunakan untuk menonton film horror, ditambah dengan suasana yang mendung, dan kelas yang sengaja dibuat gelap supaya serasa nonton di bioskop. Layar proyektor menampilkan adegan dimana seorang anak kecil yang berperan sebagai peran utama berlari, semuanya memasang wajah tegang dan tiba-tiba semuanya berteriak saat hantu dengan wajah rusak dan mata bolong muncul tepat di depan kamera.

Nike yang dari tadi nggak ikut menonton dan sibuk dengan ponselnya terkejut mendengar teriakan Uci yang duduk samping Nike. "Kampret lo, gak usah kenceng banget kali teriaknya,"

"Spontan," ucap Uci sambil nyengir menunjukkan gigi behelnya.

Nike kembali memainkan ponselnya, ia menggulirkan layar ponselnya, sesekali tertawa seolah ada yang sangat menarik dengan ponselnya, padahal nggak ada siapa-siapa di ponselnya, pacar pun nggak punya. Namun Nike kembali teringat suatu hal beberapa hari yang lalu, dibukanya kembali aplikasi Instagram.

"Ci bentar deh," panggil Nike pada Uci yang masih sibuk menatap layar proyektor dan dijawab dengan gumaman.

"Liat sini bentar." sambil menunjukan ponselnya. "Ivan follow gue tau."

Perhatian Uci teralihkan dan sekarang mengambil ponsel milik temannya. "Oya?"

"Kenapa?" tanya Nike penasaran.

"Gue yang udah kenal Ivan dan pacar temennya aja gak di follback." Uci menunjukan perbandingan antara followersnya dan followingnya, "Lo liat sendiri, followers 2000 lebih gini, following cuma 294 dan itu kayaknya Cuma adundas dan orang orang terdekatnya doang, "

Nike mengangguk mengerti.

"Terus ngapain dia follow gue?" Uci mengedikkan bahunya nggak tau, "Follback gak nih?" tanya Nike kembali.

"Ya terserah lo." Uci kembali fokus pada film Annabellenya.

Begitu juga Nike yang kembali sibuk dengan ponselnya, dia memilih nggak memfollback instagram Ivan. Entah kebetulan atau nggak, terdengar suara ketukan pintu kelas, kepala Ivan muncul di balik pintu. Beberapa murid yang tadinya duduk di lantai berdiri mendengus nggak suka, mengganggu saja. Nike terlihat kaget dan secara bersamaan menoleh ke arah Uci.

Ivan berjalan memasuki kelas, dibelakangnya ada beberapa anak adundas lainnya termasuk Edwin dan Gio, ternyata Ivan nggak sendiri. "Sorry, mau ganggu sebentar." suara Ivan menginterupsi sambil memberi kode ke ketua kelas 11 IPS 4, Rahman. Ya setelah melanjutkan rapatnya mengenai futsal cup kini adundas akan berkeliling kelas untuk mengumumkannya.

"Yoms," kata Rahman mempersilahkan Ivan dan gengnya berbicara di depan kelas.

Salah satu cowok yang biasa dipanggil Ical membuka suaranya. "Assalamualaikum, seperti yang kalian tau ya, setiap tahun ada futsal cup yang diadakan di sekolah dan wajib diikuti setiap kelas."

Second ChancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang