BAB VI

31 1 0
                                    


"Jangan hanya sekali dua kali menilai seseorang, sebelum mengenalnya"

"GUE udah duga kalo Ivan cuma mau ngerjain gue," Nike kesal setelah tahu dari anak kelas sebelah, kalo ternyata sebenarnya nggak ada apa yang diperintahkan Ivan ke Nike.

"Gak ada tuh cicil mencicil atau penanggung jawab segala, dan ini juga gak ada," gerutu Nike sambil menunjukkan map biru di tangannya.

Uci yang nggak tau apa-apa juga bingung, "Ya tapi ada untungnya juga kan, jadi kita patungannya gak langsung banyak,"

2 gadis itu berjalan di koridor kelas di antara kerumunan siswa-siswi yang berlalu-lalang, gadis satunya membawa map biru dengan wajah yang sudah manyun dan yang satunya berjalan biasa, sesekali tersenyum apabila berpapasan dengan guru atau siswa lain yang dikenalnya. Uci memang begitu ramah walau terkesan nggak banyak bicara, meski mereka berdua selalu bersama, Uci lebih sedikit menonjol dibanding Nike, Uci lebih aktif dengan kegiatan luar sekolah dan sepertinya mengenal siapa saja, juga akrab dengan cowok-cowok olahraga nggak heran Uci bisa kenal dengan adundas yang notabene cowok-cowok olahraga. Uci juga bergabung dalam eskul paskibraka yang selalu mewakili sekolahnya untuk kompetisi paskibra regional.

Dari kejauhan Uci dan Nike sudah melihat sosok cowok dengan hoodie hitamnya yang bertuliskan Nusantara HS since 1982 berdiri di pintu sergun dengan tangannya bermain dengan ponsel.

"Seniat itu udah di depan sergun?" Nike nggak percaya Ivan udah nunggu dirinya di sergun.

"Gak sabar ketemu lu kali," ledek Uci seraya menyenggol Nike.

Nike dan Uci menghampiri cowok yang masih sibuk dengan ponselnya, menyadari kehadiran seseorang Ivan mengalihkan perhatiannya dan menunjukkan senyum khasnya.

"Nih, sesuai permintaan lo," tanpa basa basi Nike menyerahkan map biru berisikan daftar pemain futsal 11 IPS 4, "Dan uangnya,"

Ivan menerimanya namun tampak wajah yang menunjukkan ekspersi bingung.

"Bukannya gue minta map merah, ya?"

Nike berdecak, "Map merahnya abis Van,"

"Kalo gitu gue gak mau—"

"Apa?" Nike memotong pembicaraan cowok didepnnya, "Gak mau terima? Terserah lo deh ya, gue udah tau, lo cuma ngerjain gue kan? Gue udah tau semua kok,"

"Maksud lo," tanya Ivan.

Nike menghela nafas panjang, "Lo pikir gue gak tau, kelas gue doang kan yang lo giniin? Yang lain gak ada kaya nulis nama pemain dan nyicil nyicil, dan penanggung jawab gak ada,"

Ivan terkekeh sedikit, namun nggak terlihat salah tingkah, dia malah menjelaskan maksudnya dengan pelan, "Tenang dulu dong, kan anak-anak kelas lo sendiri yang gak punya duit, ya gue kasih keringanan dong. Walaupun gue diomelin anak adundas lainnya,"

Uci yang nggak mau mendengar Nike menyangkal lagi langsung berkata, "Nah bener, udah Nike, niat dia bener kok,"

Ivan mengangguk, setuju dengan pernyataan Uci, "Ya seratus buat Uci,"

"Oke, tapi maksud lo nyuruh gue buat jadi penanggung jawab, dan nulis ini apa?" tanya Nike sambil menunjuk map yang sekarang ada di tangan Ivan.

Ivan Nampak berpikir sejenak, "Biar bisa ketemu lo terus,"

dua cewek yang berdiri di depan Ivan terkejut mendengar jawaban yang dilontarkan Ivan.

Ivan malah tertawa dan menjawab sebelum berlalu meninggalkan kedua cewek yang masih mencerna kata-katanya barusan, apalagi Nike yang tau siapa yang sedang dibicarakan tadi, "Biasa aja dong kagetnya, yaudah gue bawa ya map dan uangnya, besok jangan lupa gocap selanjutnya. Gue balik kelas dulu," Namun Ivan berbalik badan kembali seraya berkata, "Nike, follback gue ya," dan kembali berjalan menuju kelasnya.

Second ChancesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang