05.Kangen Mama

6.7K 427 8
                                    

🌻🌻
안녕하세요!
Happy Reading!

******

Darren keluar dari kamar mandi dengan dituntun oleh Bi Asih. Dengan selang infus yang tertancap manis dipunggung tangannya.

"Adeekk!" seru Darren ketika melihat adiknya berada didalam ruangannya. Ia naik ke brankarnya, dibantu oleh Jonathan.

"Abang! Kok bisa masuk rumah sakit, emangnya parah ya sakitnya? Terus kenapa bisa dibawa, Abang pingsan apa gimana?" tanya Caca mendekati brankar.

"Ca kamu kok berisik banget si, Abang pusing tau." ucap Darren seraya meletakkan telapak tangannya dikepala seolah olah sedang merasa pusing.

"Caca udah makan belum?" tanya Bi Asih. Caca menggelengkan kepalanya pelan.

Caca ingin makan mie ayam dan jus apel, Bi Asih pamit pergi ke kantin untuk membeli makanan.

"Ca sini naik, tidur sama abang." Darren menggeser tubuhnya untuk memberi ruang untuk Caca, ia menepuk nepuk kasurnya. Setelah Caca naik mereka berbaring dan bercerita tentang Caca disekolah, kasur Darren ini cukup luas bahkan bisa dipakai untuk 3 anak kecil.

"Darren Haneesha, saya pergi dulu sebentar." Setelah mengucapkan itu, Jonathan pergi entah kemana. Caca dan Darren melanjutkan cerita mereka.

******

Jonathan pergi keruangan Tania dirawat, kondisinya masih sama tidak ada kemajuan. Mendudukkan dirinya di kursi samping brankar. Jonathan mendekati brankar Tania dan menatap Tania dengan lekat, Jonathan akui Tania itu cantik, sederhana, dan memiliki sifat yang lemah lembut.

Kulit yang putih bersih, proporsi badan yang bagus, juga memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Mungkin Tania adalah definisi manusia yang mendekati kata sempurna.

Tapi entah kenapa ia tidak bisa mencintai Tania, mungkin ada sedikit rasa karena mereka sudah menikah selama kurang lebih 10 tahun. Tetapi tetap saja tidak menutupi rasa benci karena kematian mantan istrinya.

Jonathan mengelus pelan punggung tangan Tania yang terdapat luka karna kecelakaan kemarin.

"Maafkan saya, saya nggak bisa menjaga anak-anak kamu dengan benar." gumam Jonathan.

"Saya sayang kalian bertiga, tapi susah untuk menerima kalian dihidup saya."

Hanya terdengar bunyi Elektrokardiogram saja diruang itu. Setelah cukup lama disana, Jonathan pergi untuk keruangan Darren.

Ia mendapati Darren dan Caca yang tertidur dengan saling memeluk, Bi Asih berusaha membenarkan posisi tangan Darren karna darah mulai naik ke selang infus.

Jonathan tersenyum sangat tipis, melihat anak-anaknya itu.

******

Waktu berjalan hari demi hari terlewati, tiga Minggu berlalu. Tania belum sadar dari koma, Darren sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Sekarang ini waktu istirahat sekolah, Darren sedang latihan untuk lomba lari minggu depan. Nana dan Rora sedang izin karna ada acara keluarga diluar kota.

Caca hanya mengaduk-aduk makanannya, sebenarnya ia malas ke kantin tetapi perutnya tidak bisa diajak kompromi. Bekal yang sudah disiapkannya tertinggal di rumah, jadilah ia ke kantin dan memesan makanan dan minuman.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang