02 | forest fog

272 181 107
                                        

Sometimes the magic doesn't always work the way we wan!

Sometimes the magic doesn't always work the way we wan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 2
~~~~~~~~~

"Memalukan!" Bentakan keras di telinganya membuat Sienna terdiam berusaha menahan tangisnya.

"Ayah, sudah. Ini semua juga bukan salahnya." Bela Lilia. Dia merasa cemas, dia takut hal-hal seperti ini akan berdampak pada mental kembarannya. Sudah cukup dia tidak lagi pernah melihat Sienna tersenyum tulus padanya seperti dulu, jangan sampai perempuan itu benar-benar kehilangan senyumnya lagi karena tuntutan dari keluarganya yang selalu memaksa mereka tampil sempurna.

Setelah kejadian meledaknya kristal sihir tersebut, kaisar mengatakan untuk sementara bahwa benda itu mengalami kerusakan dan akan dia cari tahu lebih lanjut masalahnya. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan nama baik Marquess didepan banyak orang.

"Lilia, pergi ke kamarmu! Mulai sekarang Sienna harus bekerja keras untuk menutupi aibnya itu." Marren berkata dengan penuh penekanan.

Suaranya yang keras menggema di seluruh mension, beberapa pelayan yang berdiri disana hanya bisa diam melihatnya saat dimarahi habis-habisan oleh sang ayah. Jangankan membantu, berbicara satu katapun mereka bisa kehilangan pekerjaannya.

Marren Blair adalah orang yang sangat keras, dia harus memastikan bahwa semuanya berjalan sempurna. Dia tidak mentoleransi kesalahan apapun yang ditimbulkan keluarganya, apalagi hal yang menyangkut nama baik keluarga.

Saat masih kecil, mereka berdua pernah dihukum menggunakan rotan panjang yang dipukul pada betis kaki mereka hanya karena bermain kotor-kotoran di halaman rumah. Marquess bilang mereka harus menjadi wanita terdidik yang berwibawa, hal tersebut jelas bertentangan dengan prinsipnya.

"Aku tidak mau!" Sanggahnya menolak perintah Marren.

"Lilia, pergi." Kali ini suara bergetar milik Sienna yang berkata lirih.

"Bukankah kamu yang paling senang melihatku seperti ini? Kamu membelaku hanya karena ingin dipandang baik hati bukan?" Dia mulai mengangkat wajahnya yang semula menunduk, air mata yang sedari tadi dia tahan suda berada di pelupuk matanya. Sekali saja dia berkedip maka mengalir air mata tersebut kepipinya.

"Apa yang kamu bicarakan?" Lilia menatapnya bingung, tidak mengerti maksud ucapannya.

"Bukankah bagimu juga aku ini aib? Semua orang menganggap ku tidak berguna!" Habis sudah kesabaran yang dimiliki Sienna.

Perempuan itu berteriak nyaring memenuhi mension mereka, cairan bening sudah mengalir deras membasahi pipinya.

"Ayah, Paman, dan kamu! Bagi kalian aku ini hanyalah barang rusak! Sejak dulu, selalu kamu, kamu dan kamu lagi yang diperhatikan oleh semua orang! Dipedulikan oleh ayah!" Ungkapnya frustasi, suaranya bergetar hebat. Nafasnya yang tidak teratur menunjukkan bahwa emosinya meluap-luap.

Lightshadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang