Tiga

11K 80 10
                                    

Langit terlihat mendung tandanya akan segera turun hujan, Ayyara mendesah kesal ketika tak ada satupun angkot yang lewat sedari tadi dia menunggu di halte sekolah.

" Tau gini mending tadi sama Tiara nebeng" Gerutu Ayyara

" Mana si, kok gak ada angkot yang lewat satupun mana udah pada sepi lagi"

Ayyara melihat mobil hitam melaju ke arahnya dan berhenti di hadapannya, sontak dia terheran sekaligus menjadi takut.

Ketika kaca mobilnya terbuka menampilkan Wajah Devan yang melihat ke arahnya.

" Kenapa belum pulang? " Tanya Devan spontan

Tadi Devan sebenarnya tidak ingin berhenti, di karenakan penglihatannya ada Ayyara di Depan halte jadi dia memutuskan untuk berhenti.

Ayyara tersentak " P-ak Devan , saya lagi nunggu angkot lewat ". Dia kira bukan gurunya itu yang di dalam mobil.

Mengingat tentang kejadian kemarin membuat Ayyara malu sekaligus berdebar-debar ketika bertemu Devan.

" Bareng saya aja " 

" H-ah ngga usah Pak "  Tolak Ayyara dengan halus

Devan mengangkat satu alisnya, kenapa Ayyara menjawab dengan menundukan kepalanya.

" Sebentar lagi hujan Ayyara, dan gak mungkin ada angkot yang lewat ke sini " Suara Devan kembali terdengar.

Bukannya tidak mau, hanya saja Ayyara malu bila harus berduaan dengan Devan di dalam mobil.

Ayyara bingung sepertinya juga tidak Ada angkot yang akan lewat lagi .

" Ta-pi bapak gak keberatan kan "

" Tidak sama sekali "

Devan terkekeh ketika melihat wajah Ayyara yang terkesan takut kepadanya, justru itu kesempatan dia untuk berduaan dengannya.

" Jadi ayo masuk, tenang aja saya gak akan macam -macam "

tapi cuma satu macam

Dengan perasaan campur aduk, Ayyara akhirnya masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Devan.

Mobil Devan melaju dan meninggalkan sekolah. Di dalam mobil hanya hening, Ayyara yang hatinya tidak tenang dan was-was hanya memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

Devan melirik ke arah Ayyara  " Setiap hari kamu naik angkot ya ". Dia bertanya dengan mencoba mencairkan suasana.

Ayyara menggelengkan kepalanya " Cuma pulang aja Pak ". menjawab dengan tidak gugup.

Devan mengangguk " Jadi kalau pagi berangkat sekolah di anterin apa sama temen kamu ".

" Hmm kalau pagi, sama Abi di anterin "

" Kayaknya kamu anak stric parents ya "

" Bisa di bilang ia, bisa di bilang tidak "

Sepertinya Ayyara sudah tidak gugup lagi dan mulai tenang ketika mendengar suara hangat Devan.

" Kalau Pak Devan baru di sini ya? " Ayyara mencoba bertanya.

Senyum Devan terbit ketika Ayyara bertanya " Saya baru pindah dari bandung ke sini beberapa bulan lalu" .

" Bandung?, padahal enakan tinggal di sana daripada di jakarta Pak ".

" Ya awalnya nyaman tinggal di sana, tapi ada suatu hal yang membuat saya harus kembali ke tempat kelahiran di sini ". Jelas Devan dengan mengingat suatu kejadian di sana.

Ayyara hanya mengangguk mengerti karena tidak tahu apa yang harus dia jawab.

Devan kembali melirik ke arah Ayyara yang kembali diam menatap jalanan, cantik sekali dalam hatinya berkata.

Ayyara's Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang