Hari-hari di Rumah Sakit telah berlalu, Harry kembali memulai hidupnya yang entah kenapa terasa tenang. Itu aneh, mengingat beberapa waktu lalu dirinya telah melakukan aksi sok heroik pengejaran menuju Italia. Tapi entah kenapa, orang yang mengaku dan mengikatnya dari kelompok Tuan Evans atau apalah dia tidak peduli. Redup tidak tau kemana, itu bagus. Mungkin setelah ini tidak akan ada yang mengganggu hidupnya lagi, menjadi tenang kembali bagaikan riak air tenang pada sebuah sungai—mengalir begitu saja.
Sambutan pertama di kelasnya, dia berakiir di peluk heboh oleh Hermione. Gadis itu terlihat khawatir dan memberinya banyak pertanyaan tak penting dan itu sedikit membuatnya kerepotan. Berterimakasihlah pada ketua kelasnya si Dean, dia memberitahu pada semua orang dikelasnya, jika dia telah masuk rumah sakit selama 1 minggu untuk perawatan.
Dan terjadilah, sambutan hangat yang begitu lama di kelasnya dan terasa membosankan...
Tapi ada hal yang mengganjal. Entahlah, dia teringat dengan si pirang Malfoy yang bahkan dengan sialannya, jarang menghubungi sama sekali. Itu sebenarnya tidak masalah, karena sejujurnya dia sudah terbiasa. Namun sejak awal kedekatan mereka, dirinya sedikit lebih mengharapkan bahwa pria itu akan memberikan kabar padanya agak sering —mungkin seperti sepasang kekasih biasanya— keinginan konyol ygang naif muncul di benak Harry dan dia tiba-tiba merasa bodoh. Dengusan geli, keluar dari hidungnya dan dia tersenyum aneh untuk sikapnya sendiri.
Bahkan si Malfoy tidak mengunjunginya selama perawatan.
Tapi suara bel dari pesan mengalihkan perhatiannya, Harry mengambil ponselnya dari saku kemeja dan menemukan Draco memberikan sebuah pesan padanya. Dia merasakan sedikit bahagia meski itu hanyalah sebuah pesan singkat.
Draco,
Tunggu aku sepulang sekolah nanti, seperti biasanya.
—Yahhh, setidaknya pria itu ingat.
Jam sekolah telah berlalu, koridor dipenuhi anak-anak yang baru saja keluar dari kelasnya. Sementara Harry berbelok menuju tempat parkir mobil, dimana biasanya dia menunggu Draco sesuai janji pada pesan singkat.
Ferrari merah terlihat masih terparkir apik pada tempatnya, sepertinya Draco belum datang dan dia mulai menunggu disana, mendudukkan tubuhnya pada bagian kap mobil. Sesekali melihat jam tangan, Harry menghembuskan nafasnya kesal karena Draco terlalu lama, meski sebenarnya ini bukanlah hal yang aneh. Dia lelah dan ingin segera istirahat, andai saja Harry membawa motornya hari ini, dan mungkin pergi saja lebih awal meninggalkan Draco.
"Maaf membuatmu menunggu."
Suara itu terdengar, Harry menemukan Draco dengan wajahnya yang terlihat bersalah. "Kamu sangat lama." tapi Harry senang karena akhirnya pria itu datang.
"Professor memintaku untuk mengurus propsal kegiatan untuk pekan olahraga bulan depan."
"Okay, aku mengerti." Dan Harry hanya memaklumi.
Draco membukakan pintu untuknya, Harry masuk dengan tenang, terduduk pada kursi penumpang. Suara musik jazz Draco nyalakan, untuk membuat suasana di dalam mobil sedikit mencair.
Gerungan halus dari suara Ferrari terbaru yang dilengkapi mesin V8, terdengar dan mereka keluar dari area parkiran. Harry nampak menikmati saat dirinya duduk bersandar dengan relax, sesekali melirik ke arah Draco yang sibuk mengemudi.
"Sebelum pulang, kamu mau pergi kemana?"
"Aku tidak tau, menurutmu tempat mana yang bagus untuk di kunjungi?" Harry tersenyum kecil.
"Ada Coffe and Bake terbaru disini, dari atas Rooftop-nya kita bisa melihat pemandangan kota, bagaimana?"
"Ide bagus, sebenarnya aku tidak terlalu suka kopi, tapi ingin mencoba segelas Latte juga beberapa cake yang manis."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil
Ngẫu nhiênKeduanya menyimpan rahasia masing-masing secara rapat dari dunia luar. Yang mereka tau hanyalah Harry dan Draco yang menjadi Rival abadi. Harry sibuk dengan balapan motornya, sementara Draco si King Driftyang selalu mengawasi Harry dari belakang. H...