Sepanjang pelajaran, pekerjaan Harry tidak lebih dari membuka tutup mulutnya untuk menguap. Dimana belajar adalah hal yang sangat membosankan, pelajaran sejarah membuatnya lebih bosan.
Suara deringan bel tanda akhir pelajaran terdengar keras, membuat para murid menjerit kesenangan, mengabaikan ocehan Trelawney yang sibuk dengan ajarannya sediri.
Harry membereskan bukunya, dia ingin segera pulang lebih awal dan tiduran saat sampai dirumah. Tidur siang lebih banyak, sebelum terbangun di malam hari untuk bersiap pergi balapan.
Tapi sayang, ketika sampai di parkiran dan ingin membawa motor kesayangannya untuk pulang, dia sudah melihat ban depan-belakang motornya memakai gembok. Menggeram marah, satu nama yang langsung muncul dalam benaknya —Draco Malfoy.
Pasti si pirang itu yang telah melakukannya, jika bukan siapa lagi? Draco yang menyuruhnya untuk memindahkan motor dari tempat persembunyian Harry saat tadi pagi.
"Ini."
Tepukan di pundaknya, membuat Harry berbalik. Disana sudah berdiri Draco Malfoy yang memberikan secarik kertas tepat di hadapan wajahnya.
"Jika kau ingin motornya bisa di bawa pulang, bawa kertas itu pada orangtuamu."
Harry membaca surat itu, dimana isinya adalah surat panggilan karena dirinya telah melanggar peraturan sekolah.
"Sialan." Menggenggam erat surat di tangannya dengan marah.
"Bawa orangtuamu besok, selamat tinggal."
Draco menaiki mobil mewahnya dengan santai, tak peduli jika Harry melihatnya dengan benci. Bahkan dengan sengaja, mengibaskan asap kenalpot mobil ketika meninggalkan parkiran sekolah.
"Dasar BANGSAT!" Berteriak meski Draco tak akan mendengarnya.
Kring... Kring...
Dari ujung parkiran, Hermione membunyikan suara bel sepedanya. Ketika melihat Harry yang berdiri di samping motor dan menendang ban motornya marah.
"Kau kenapa? Bukankah si Gryffin adalah motor kesayanganmu?"
"Dia mengunci ban motornya!"
"Siapa?"
"Malfoy."
Hermione melirik kerarah ban motor Harry yang memang di gembok depan belakang.
"Mione..." Wajahnya terlihat memelas.
"Kenapa?" Mengerut bingung, perasaannya sudah tak enak.
"Aku pinjam sepedamu."
"Hei! Aku juga membutuhkannya untuk pulang!" Pegangannya pada stang semakin mengerat.
"Rumahmu kan dekat, jalan kaki juga masih enak." Mencoba merayu.
"Tidak!"
"Boleh ya..."
"Tidak, 500 meter itu jauh!"
"3,5Km, apartemen ku lebih jauh." Harry tersenyum datar.
"Ada bus sebentar lagi." Tak mau kalah. "Kau bisa naik bus saja."
Harry mengerang kesal, ketika mendengar jawaban keras kepala temannya. Yang di maksud sebentar lagi adalah 2 jam, mana bisa dirinya menunggu selama itu.
"Minggir, pokoknya aku pinjam."
Menarik Hermione dari sepedanya, segera menyingkirkan gadis itu cepat, lalu menaiki sepeda dengan rusuh.
"HARRY POTTER SIALAN! BERANINYA KAU MENCURI SEPEDAKU!"
"Besok aku akan mengembalikannya!" Suara Harry terdengar kecil di ujung gerbang.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil
RandomKeduanya menyimpan rahasia masing-masing secara rapat dari dunia luar. Yang mereka tau hanyalah Harry dan Draco yang menjadi Rival abadi. Harry sibuk dengan balapan motornya, sementara Draco si King Driftyang selalu mengawasi Harry dari belakang. H...