15. Misi: Identitas

384 57 46
                                    

Written by @NaYoon06

Happy Reading!
💠__💠
💠_____💠
💠_______💠
📘📖
Book Open!

"B-betul ke, cikgu?"

Puan Munah mengangguk pelan. "Ye. (Name) Zainudin terancam akan dikeluarkan dari sekolah. Dia terlalu banyak izin tidak hadir, melampaui Boy."

"Ala, nanti tak dapat pandang wajah hensem dia lagi."
"Padahal dia selalu tolong aku kerjakan Matematik."
"Aku masih nak tahu mata dia sakit apa."
.
.
.

Ali duduk termenung.

Pikiran Ali tak kalah ramai dengan keadaan kelas tadi pagi setelah (name) dikabarkan terancam D.O. Ucapan kasarnya pada (name) terus berputar bagai layar tancap. Perasaan bersalah menyelimutinya, mendengar kabar bahwa (name) terkena musibah, mengharuskannya dibawa ke HQ.

Viktor mengguncang tubuh Ali, membuatnya tersadar dari lamunan.

"Kau nak jenguk (name) tak? Dah nak sebulan kita tak tengok dia tau."

Bagi Viktor, memang sudah sebulan. Tapi Ali baru saja menemuinya kemarin. Dan dia menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Oh, kite tak boleh jenguk dia." Ali mulai membuat alasan. "Aip? Kenapa pulak?"

"Uh-... aku selalu tengok rumah dia kosong je. Agaknye dia ikut orangtua dia kerja oversea."

Ali memang pembohong kelas kakap. Tapi Viktor langsung percaya begitu saja. Dia mengangguk-angguk sebelum kembali fokus pada gadgetnya.

Bel pulang berbunyi. Ali langsung bergegas pergi kerumah menggunakan skuternya. Ketika ia melewati rumah (name), dia berhenti sejenak, memandang sendu pada rumah itu.

"(Name)..."

💠💠💠

Pusat HQ.

"Kondisinya masih stabil. Cuma memang infeksi azurium tu semakin menyebar hingga mempengaruhi sel dalam tubuhnya." Ucap salah satu dokter pada ejen tekno disebelahnya.

"Sel dalam tubuh?"

"Ye. Macam perubahan warna mata beserta rambutnya yang menjadi biru."

Ejen tekno itu manggut-manggut mengerti. Matanya memperhatikan (name) yang tengah duduk sendirian di dalam ruang interogasi sambil memainkan spinnernya.

"Baiklah. Terima kasih atas informasinya. Saya akan mula interogasi dia."
.
.
.

(Name) tengah duduk di depan meja panjang, lengkap dengan kursi untuk lawan bicaranya. Ia memainkan spinnernya berusaha menghilangkan nervous. Beberapa menit yang lalu, Jeneral Rama berkata bahwa pihak HQ akan melakukan sedikit interogasi pada dirinya.

"Kenapa diorang tak buat hal ini awal-awal?" Tanya (name) saat Jeneral baru mengabarkan hal tersebut.

"Ejen Zain tidak mengizinkan mereka. Beliau berkata, bahwa kamu belum siap. Tapi sekarang, sudah saatnya kau menceritakan semua yang kamu lihat kat makmal itu."

ZRAG!

Suara pintu terbuka, (Name) mendongak dengan cepat. Mendapati seseorang bertubuh cukup ideal berjalan masuk. Rahangnya tajam, matanya memicing, rambutnya tertata rapih, membuat (name) merasa sedikit terintimidasi.

Not So Ordinary (Ejen Ali×M!Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang