Hari ini adalah hari jajahan. Hari yang paling bisa membuat mood anak kelas 11 IPS 1 anjlok. Selain karena hari senin, hari di mulainya aktivitas kembali berjalan seperti biasa setelah menikmati weekend. Kenapa selalu terasa cepat? Apakah sebenarnya minggu itu bucin banget sama senin sampe - sampe ngebet pengen cepet ketemu senin.
Atau bisa jadi minggu ini sebenernya dia bete kali ya ngeliat orang pada males - males di hari minggu, makanya dia pengen langsung skip aja ke hari senin? Yah itulah teori - teori yang sulit di terima oleh akal sehat dan tidak sehat sekali pun.
Begitu juga dengan anak - anak Wahid ini, mengingat hari ini dimana tiba saatnya "Barudak VOC" di kelas melakukan aksinya dengan merampok uang mereka di hari pertamanya sekolah. Mereka kompak menjuluki Duo Serigala alias Bendahara kelasnya dengan sebutan "Barudak VOC".
Bukan karena rupanya yang mirip orang barat ala belanda, tapi karena mereka yang seenaknya mendeklarasikan bahwasanya uang kas yang biasanya hanya di bayar seminggu sekali menjadi dua kali di hari senin dan jumat dengan tarifnya yang awalnya hanya berkisar sekitar Rp2.000 saja kini menjadi Rp3.000 tiap jatuh tempo. Lonjakan tarif tersebut tentu saja membuat shek shak shok para makhluk penghuni di sana.
"Letnan C, you tagih anak cewek aja. Biar ni kaum melinjo gue yang urus"perintah Jelita pada Cahaya.
"Siap, Jendral J"jawab Cahaya dengan memberi hormat kepada sang ketua.
Ya mereka sudah tahu tentang julukan yang diberikan anak - anak kelas kepada keduanya, jadi mereka hanya mengikuti permainannya saja dengan berperan seperti julukan yang diberikan.Jelita langsung meluncur ke TKP tempatnya bangku Jovan dan Juna yang menjadi target pertamanya.
"Woyy!"sapa Jelita dengan sedikit tenaga.
"WayWeyWoy APA? Sokap lo"balas Juna dengan tenaganya pula.
"Diliat - liat makin jelek aja lo pada"ucap Jelita.
Minimal ngaca anjir Pengen banget Juna ngomong gini secara langsung ke orang yang ada di depannya ini, tapi ngeliat Singa yang auranya mirip sama Singa yang ada dirumahnya membuat nyalinya ciut.
"Bayar pajak! jumat juga kagak bayar lo main kabur - kabur aja"omel Jelita.
"Serius pajak?"tanya Jovan.
"Dikata negara kali ini kelas, segala harus bayar pajak"ucap Juna.
"Iya berasa di jajah aja gua"timpal Jovan.
"Eh samsul, lo kira negara aja apa yang butuh duit buat memfasilitasi infrastruktur di dalemnya? Ya ibaratnya kelas juga sama lah bego! Siapa yang waktu itu ngeluh ke pak Dadang pengen ada AC lah, kipas lah kelas pengen kaya kelas ini,itu, modif ke apa ke. Lo kira dana nya dari mana hah? Loba weh ka hayang na fasilitas hayang elite ai mayar kas na sulit. Da moal matak di korupsi atuh ku urang jeng si Cahaya ge, teu butuh urang mah duit maraneh da urang ge boga duit mah"jelas Jelita.
Fiks Jovan dan Juna sudah tidak bisa lagi mengelak dan harus merelakan uang nya. Sebab Jelita udah ngomel panjang lebar, apalagi bahasa sundanya yang sudah keluar mengeluarkan semua unek - unek nya tentang kejadian minggu lalu, yang membuat dia dan Cahaya di anggap kurang tegas dalam menjalankan tugasnya sebagai bendahara oleh wali kelasnya. Apalagi soal tuduhan penggelapan uang yang di tujukan padanya.
Berbeda di lain tempat Cahaya melakukan tugas nya dengan cukup lancar, karena tidak begitu sulit untuk menangi anak - anak cewek yang notabenenya sebagian dari mereka tidak banyak memberontak hanya banyak mengeluh dengan sedikit celotehannya, tapi mereka tetap memberikan hartanya. Mungkin beda halnya jika yang di hadapinya adalah Buaya Betina satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahid Bin Ajib | 97L
Ficção Adolescente"Engga wahid engga like". "No Wahid No Ajibb".